Tuhanku, laraku merintih, bukan karena aku rasai sakitnya hati, atau terusiknya hidup ini oleh sebuah tragedi nan amat pedih, namun yang teramat menyakiti diri ini adalah ketika ada yang tersakiti olehku tanpa kusadari.
(Kian menakjubkanku, kudengar, kulihat, ada banyak di antara manusia begitu ingin menyakiti sesamanya, dan memuaskan diri meteka semata)
Tuhanku, sukmaku meronta, ingin kusadahi kisahku, bukan karena aku memutusi asa yang belum tercapai, atau kasih yang tak sampai, namun karena aku tak sanggup merelakannya terdzalimi olehku tanpa kupahami sebelumnya.
(Tapi, sungguh memerahkan mukaku, menahan pedih, heran, betapa di antara manusia bisa begitu biadab terhadap sesamanya)
Tuhanku, di manakah aku? Begitu asing aku di sini, sedikit sekali yang mampu kupahami, aku merasa sendiri. Tak ada kawan untuk berbagi, tak ada sahabat tempat mencurahkan hati.
Tuhanku, di manakah aku? Bukan hanya sulit untuk kumengerti, namun tak sanggup kumengerti, ulah di antara mereka, seolah hidup tanpa balasan di keabadian nanti.
Tuhanku, baru kusadari, aku hidup di penggalan jalan di penghujung zaman sebagaimana dinubuwatkan oleh penutup para utusanMu. Maka lihatlah aku, sayangi aku, lindungi aku di masa tersulit ini, dari kejahatan nafsuku yang membuatku terasing dan terlempar dari para kekasihMu . Kabulkan Ya Tuhanku.