Lihat ke Halaman Asli

Suasana Malam Malioboro

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Malam yang indah dipenuhi dengan temaram lampu-lampu berwarna-warni seolah menyambut kedatangan pengunjung kawasan malioboro untuk menikmati suasana yang masih kental dengan budaya Yogyakarta, Kamis (12/01). Keramaian Malioboro pada malam hari tak kalah ramainya dengan pagi maupun siang hari, walaupun waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Dengan berjalan kaki setapak demi setapak menyusuri jalan Malioboro lebih mempunyai kenikamatan tersendiri dibandingkan dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Dari utara Malioboro, tampak toko-toko dan pedagang-pedagang emperan Malioboro mulai membereskan barang dagangan mereka untuk bersiap pulang. Tidak bagi Pak Kamija yang sudah lama bekerja sebagai juru parkir di kawasan Malioboro ini, saat itu pria setengah baya ini dengan mata yang sayu sedang menjaga beberapa motor yang berada di depannya. ”Jalan Malioboro memang selalu ramai dikunjungi, jadi saya selalu bekerja dari jam 9 pagi sampai jam 3 subuh, walaupun bukan pilihan saya berprofesi sebagai juru parkir, saya cukup menikmati pekerjaan ini”, ucap Pak Kamija ketika ditemui malam itu.

Selain Pak Kamija, banyak lagi orang-orang dengan berbagai profesi bekerja mencari nafkah di sepanjang malam malioboro. Yang menarik perhatian, setelah para pedagang emperan dan pemilik toko menutup dagangan mereka, satu persatu lapak lesehan mulai digelar, dengan menjual makanan khas Jogja antara lain Gudeg, pecel lele, bebek goreng dan menu yang lainnya yang tak kalah sedapnya dengan restoran bintang lima ditambah musisi jalanan yang mulai beraksi, ada yang berkelompok, tunggal maupun duet sama-sama memberikan hiburan dengan membawakan lagu-lagu yang enak didengar.

Langkah kaki pun tak terasa hampir berada di penghujung jalan Malioboro, tepatnya di depan obyek wisata benteng Vredeburg dan di depannya berdiri dengan megah gedung putih atau yang biasa disebut dengan gedung agung DI. Yogyakarta. Tak terasa pula waktu telah menunjukkan pukul 22.00. Di depan kedua obyek wisata ini, tampak pengunjung memadati kursi-kursi semen yang dibuat khusus untuk bersantai sambil menikmati kopi hangat dari penjual kopi asongan yang berjualan pada malam hari. Sebagian besar pengunjungnya anak-anak muda yang duduk-duduk santai sambil bernyanyi di iringi dengan gitar bersama dengan teman sebayanya. Ada pula yang hanya berbincang-bincang dengan pasangan mapun kerabatnya sambil tertawa ringan.

Berbagai komunitas pun bermunculan, salah satunya tampak komunitas anak muda pria yang menggemari olahraga sepatu roda dan papan seluncur. Dengan ekspresif mereka mengekspresikan kegemaran mereka, meluncur di atas papan seluncur yang mempunyai 4 roda kecil dan kemahiran mereka menggunakan sepatu roda, rasa lelah yang mereka rasakan seakan ditutupi oleh kesenangan dan keceriaan yang menghiasi wajah anak-anak muda ini. Selain itu, ada pula komunitas sepeda unik, sepeda yang di modifikasi dengan gaya masa kini seperti pegangan sepeda yang sengaja dibuat tinggi dan modifikasi lainnya. Melesat dengan cepat ke arah selatan Malioboro.

Waktu pun cepat berlalu, jam menunjukkan Pukul 23. 55, 5 menit lagi jam 12 malam tepat. Suasana yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, iringan musik dari pengunjung berangsur-angsur tak terdengar lagi. Tampak pengunjung Malioboro bersiap-siap untuk pulang dan memulai aktifitas selanjutnya. Petugas kebersihan pun mulai membersihkan pinggiran jalan atau trotoar malioboro, membersihkan sampah-sampah yang ditinggalkan oleh para pengunjung. Obyek wisata Malioboro, tetaplah obyek wisata yang tak akan pernah dilupakan oleh setiap orang yang ingin berkunjung ke kota pelajar Yogyakarta.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline