Sebagai negara dengan iklim tropis, banyak penyakit tular vektor yang endemis di berbagai wilayah di Indonesia, salah satunya adalah Malaria. Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasite Plasmodium dan ditularkan oleh nyamuk Anopheles sebagai vektor. Menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2019 Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berada dalam tiga besar di belakang Papua dan Papua Barat sebagai daerah dengan kasus malaria tertinggi di Indonesia. Kabupaten Sumba Timur merupakan salah daerah endemis malaria dengan jumlah kasus yang cukup tinggi di Provinsi NTT. Malaria masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama di masyarakat. Sebagai daerah dengan endemisitas tingggi seringkali gejala klinis pada orang yang telah terinfeksi parasite malaria tidak muncul (tidak ada gejala klinis) meskipun parasite terus hidup di dalam tubuh penderita.
Berdasarkan perhitungan data API (Annual Parasite Incidence) atau angka kesakitan malaria kabupaten Sumba Timur pada tahun 2015 adalah 7,1/1000 penduduk, tahun 2016 menjadi 15,8/1000 penduduk, pada tahun 2017 melonjak drastis akibat peningkatan kasus sehingga angka API menjadi 154,9/1000 penduduk dan tahun 2018 menjadi 7,6/1000 penduduk yang artinya terjadi penurunan kasus. Ada dua penyebab tingginya kasus Malaria di Kabupaten Sumba Timur yakni faktor geografi-lingkungan dan faktor sosial-masyarakat. Faktor lingkungan dan faktor perilaku individu sangat mempengaruhi tingginya kasus malaria di Sumba Timur. Faktor lingkungan seperti pergantian musim yang cukup ekstrem, kondisi tempat tinggal dan banyaknya tempat perindukan nyamuk misalnya. Banyak wilayah di kabupaten Sumba Timur yang pedesaannya terdiri dari rawa, genangan air payau dan persawahan serta perkebunan sehingga membuat nyamuk Anopheles semakin meningkat kepadatannya. Nyamuk Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria mempunyai kebiasaan menggigit manusia dan hidup yang cukup lama. Keadaan ini diperlukan oleh parasit malaria untuk menyelesaikan siklus hidupnya sampai menghasilkan bentuk yang infektif (menular), dan kemudian mengigit manusia kembali. Suhu lingkungan sangat berpengaruh terhadap kecepatan perkembangbiakan plasmodium dalam tubuh nyamuk. Hal ini menjadi bukti, penyebab intensitas penularan malaria paling tinggi menjelang musim penghujan berkaitan dengan peningkatan populasi nyamuk. Faktor perilaku individu seperti pekerjaan, kebiasaan masyarakat atau adat istiadat, stigma terhadap Malaria, dan kurangnya pengetahuan memberi banyak kontribusi terhadap tingginya kasus Malaria di Kabupaten Sumba Timur. Stigma masyarakat yang cenderung meremehkan malaria dengan perkataan "Ah, malaria sudah biasa." turut andil menyebabkan malaria menjadi semakin sulit untuk di eliminasi. Perilaku seperti tidak memeriksakan diri ke dokter ketika memiliki gejala, melakukan pengobatan sendiri, tidak menghabiskan obat resep dokter dapat meningkatkan resiko bahaya malaria. Padahal malaria adalah penyakit yang sangat berbahaya bahkan di negara-negara maju sudah di eliminasi karena dapat berdampak pada kualitas Sumber Daya Manusia yang ada. Malaria sangat berbahaya khususnya bagi ibu hamil,karena dapat menyebabkan anemia saat kehamilan, dan menurunkan berat lahir janin hingga 200 gram, juga dapat menyebabkan peningkatan resiko kelahiran premature dan kematian bayi saat lahir. Selain itu malaria juga menyebabkan terhambatnya perkembangan anak khususnya pada fungsi kognisi karena kerusakan otak, stunting dan anemia kronis. Orang yang terinfeksi dengan malaria juga dapat meninggal dunia karena bisa menyebabkan penyumbatan pada pembuluh dara kapiler, juga dapat menyebabkam gagal ginjal. Maka dari itu malaria bisa menyebabkan menurunnya kualitas hidup seseorang yang terinfeksi apalagi jika terinfeksi sejak kecil.
Untuk mengendalikan penyakit Malaria perlu adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah diharapkan secara masif memberikan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang betapa bahayanya penyakit Malaria yang dapat menurunkan kualitas hidup orang yang terinfeksi, dan pentingnya eliminasi Malaria untuk mendongkrak kualitas dan kuantitas SDM daerah. Masyarakat juga diwajibkan mengikuti semua himbauan pemerintah melalui dinas kesehatan serta tenaga kesehatan. Perilaku hidup sehat dan menghindari gigitan nyamuk melalui pemakaian kelambu saat tidur, penggunaan lotion anti nyamuk, menghindari keluar rumah tanpa menggunakan pakaian tertutup saat malam hari, melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan menghilangkan stigma meremehkan malaria maka akan semakin mendorong terjadinya eliminasi malaria di Sumba Timur dapat terwujud. Program seperti Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) perlu semakin digaungkan dan dieksekusi untuk mewujudkan Sumba bebas malaria Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan percepatan eliminasi malaria pada 2023 dari target yang ditetapkan pemerintah pusat yaitu pada tahun 2028. Kegiatan-kegiatan untuk eliminasi Malaria juga dapat dilakukan dalam lingkup yang lebih kecil seperti di tingkat RT/RW dan kelurahan/desa dengan rajin melakukan kegiatan rutin pembasmian jentik dan sarang nyamuk. Perilaku dan keikutsertaan aktif dari masyarakat dapat mendorong keberhasilan eliminasi malaria. Selain itu, sikap serius pemerintah dalam eliminasi malaria diharapkan dapat lebih meningkatkan alokasi anggaran untuk penanganan malaria.
Demi terwujudnya eliminasi Malaria di Kabupaten Sumba Timur harus ada kerjasama yang baik antara pemerintah daerah dan berbagai pihak lain seperti pihak swasta, akademisi untuk menetukan cara yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan dan masyarakat untuk mempercepat eliminasi malaria. Masyarakat juga memegang peranan penting dengan ikut berpartisipasi aktif terhadap berbagai kebijakan dan program yang dibuat oleh pemerintah daerah. Dengan mengalokasikan anggaran khusus eliminasi malaria, perbaikan lingkungan/perumahan, peningkatan intensitas Program Pemberantasan Nyamuk (PSN), peningkatan kualitas fasilitas kesehatan yang lebih merata, penggaungan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS), serta pengubahan stigma malaria yang beredar di masyarakat melalui edukasi yang lebih masif diharapkan mampu mewujudkan eliminasi malaria di Kabupaten Sumba Timur sesuai target pada 2023 nanti.
Rambu Indah Ana Amah (rambuindah17@gmail.com)
Semester VI (enam), Prodi Biologi, Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H