Lihat ke Halaman Asli

Cerita Kabin: Standby

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di perusahaan gue, jadwal kerja awak kabin keluar setiap awal bulan. Jadi kurang-lebih gue tahu satu bulan ke depan gue kemana saja, terbang sama siapa saja, libur hari apa saja, dan yang paling penting dari semua itu: dapat gaji berapa.

 

Setiap bulannya email inilah yang paling gue dan rekan-rekan sejawat gue nanti-nantikan. Kalau sampai lewat dari tanggal yang ditentukan, gue bisa buka situs web perusahaan gue setiap sepuluh menit untuk memeriksa apabila sang jadwal telah masuk. Sungguh gelisah hati ini.

 

Ada euforia tersendiri ketika alamat email perusahaan gue muncul di layar kaca ponsel gue. Rasanya detik jam gue berdetak lebih lama. Hidup gue bergerak lebih lambat. Di saat yang sama, intelegensi telepon pintar gue mendadak berkurang dan beroperasi tiga kali lipat lebih lamban untuk sekedar membuka email yang gue tunggu-tunggu itu.

 

Rasa lega ketika gue sukses membuka jadwal terbang gue itu setara dengan leganya gue bertemu toilet umum di KM 88 setelah gue menahan pipis sepanjang perjalanan Jakarta-Bandung di hari Jumat sore.

 

Jadwal terbang ini memang bersifat misterius sehingga setiap awak kabin penasaran dibuatnya. Sepenasaran para pria yang di-PHP-in wanita yang gemar tarik-ulur perasaan. Sungguh pun tidak ada yang gue lebih-lebihkan dari perumpamaan diatas!

 

Pernah diawal-awal gue mulai terbang, jadwal gue begitu indah. Gue dikirim ke negeri Paman Sam, ditambah beberapa kota di benua kanguru, disisipi satu negara di belahan Eropa sana. Perasaan gue melayang-layang bak tengah di-PDKT oleh jejaka rupawan yang getol bertukar pesan seharian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline