Lihat ke Halaman Asli

Ekspor Sawit Indonesia ke Eropa Anjlok 39%

Diperbarui: 16 April 2019   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KOMPAS/IWAN SETIYAWAN

Siasat Indonesia menangkis langkah pelarangan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) oleh Uni Eropa (UE) tampaknya belum mampu membawa hasil positif.  

Setidaknya kesimpulan itu bisa jadi terlihat dalam data ekspor CPO Indonesia ke negara-negara di kawasan UE sepanjang bulan Januari-Maret 2019. Citra perusak lingkungan yang melekat pada industri sawit diduga menjadi penyebab anjloknya ekspor sawit ke benua biru secara signifikan, yakni 39%.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan, penurunan nilai ekspor kelapa sawit mencakup sejumlah negara seperti Inggris sebesar 22% dan Belanda mencapai 39%. Sementara negara tujuan ekspor lain yang mengalami penurunan, diantaranya Jerman, Italia, Spanyol dan Rusia.

Kepala BPS, Suhariyanto. TEMPO/M. Julnis Firmansyah

"Ini terjadi karena ada negative campaign terkait CPO, meski pemerintah sudah berusaha mengantisipasi dengan melakukan negosiasi," terangnya di Jakarta, kemarin.

Pihaknya belum bisa memberi nilai dan volume perdagangan CPO yang terlanjur melorot akibat kampanye negatif tersebut. Meski demikian, persoalan kampanye negatif ini dinilai sangat mendesak dan perlu mendapatkan perhatian khusus pemerintah.

Kampanye negatif tersebut bisa jadi memang penyebab utama turunnya ekspor CPO Indonesia ke negara-negara di benua biru. Sebelumnya di tengah isu diskriminasi sawit Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) dengan percaya dirinya sempat menyatakan ekspor CPO Indonesia ke Eropa tidak terpengaruh.

Direktur Eksekutif Gapki Mukti Sardjono menyatakan, ada peningkatan ekspor 27% CPO ke UE pada Februari 2019. Demikan pula pengiriman ke Bangladesh bertambah  8%. Walau demikian, secara total, ekspor CPO dan turunannya pada bulan Februari sebesar 2,88 juta ton, turun 11% dari Januari yang mencapai 3,25 juta ton.

Ia melanjutkan, ekspor CPO hanya 852,3 ribu ton dan sisanya merupakan produk turunan. Negara yang permintaanya melemah signifikan adalah Amerika Serikat yang menurun 48%, Pakistan 41%, Cina 22%, Afrika 16% dan India 14,5%.

"Penurunan disebabkan antara lain karena bulan Februari lebih pendek daripada Januari," terangnya beberapa waktu lalu.

Sebagai salah satu komoditas andalan ekspor yang kerap memberi sumbangan devisa, pemerintah harus menjadikan kasus diskriminasi ini sebagai prioritas. Negosiasi harus segera menemui titik terang agar kinerja ekspor secara keseluruhan tidak ikut turun.

REUTERS/Yves Herman

Pasalnya, saat ini kinerja ekspor secara keseluruhan ke negara-negara di kawasan Uni Eropa sudah mulai menurun. Data BPS menunjukkan, kinerja ekspor Indonesia secara keseluruhan ke Italia turun 19,39% dari US$494,5 juta pada Januari-Maret 2018 menjadi US$398,6 juta pada Januari-Maret 2019. Lalu, ekspor ke Belanda turun 16,73% dari US$974,9 juta menjadi US$811,9 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline