Lihat ke Halaman Asli

Deforestasi Papua Penyebab Banjir Bandang

Diperbarui: 19 Maret 2019   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ANTARA

Siapa berbuat, ia akan menuai hasilnya. Tanpa mengurangi rasa hormat dan bela sungkawa terhadap korban jiwa maupun materi, inilah yang selalu terjadi ketika alam kembali menunjukkan supremasinya atas manusia.

Sebanyak 79 orang tewas dan kemungkinan besar bisa bertambah karena hingga tulisan ini dibuat masih ada 43 orang yang hilang akibat banjir bandang yang melanda Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, kemarin.

Dalam musibah ini, tercatat ada 74 orang terluka, 4.226 orang mengungsi, dan 11.725 keluarga yang terdampak. Kerugian material pun tak kalah besar. Setidaknya ada 350 unit rumah rusak berat, 211 unit rumah terendam air, 8 unit sekolah rusak berat, 3 jembatan rusak berat, dan 1 unit pesawat Twin Otter rusak.

Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho mengungkapkan, banjir bandang tersebut salah satunya disebabkan oleh ulah manusia yang merusak alam. Pegunungan Cycloop, yang merupakan daerah resapan air, malah dijadikan pemukiman dan lahan pertanian oleh warga setempat dan telah  berlangsung sejak tahun 2003.

Kemenhub

"Kerusakan di pegunungan Cycloop ternyata sudah berlangsung sejak 2003. Perambahan cagar alam oleh 43.030 jiwa atau 753 keluarga sejak 2003. Terdapat penggunaan lahan permukiman dan pertanian lahan kering campur pada DTA (DAS Sentani) banjir 2.415 hektare," terang Soetopo, kemarin.

Bupati Jayapura Mathius Awaitaouw mengaku sudah berulang kali mengingatkan warga agar tak mendirikan bangunan di Pegunungan Cycloop karena masuk wilayah cagar alam. Namun peringatan terseebut tidak pernah diindahkan. Padahal pihaknya telah menggandeng para aktivis lingkungan untuk menggaungkan perlindungan. Termasuk lewat Festival Cycloop yang dibuat oleh para aktivis yang bertujuan menggugah dan mengajak warga agar peduli terhadap pegunungan tersebut.

"Sebenarnya sudah ada perda terkait perlindungan kawasan penyangga cagar alam Cycloop sejak tiga tahun lalu dan telah disosialisasi atau disampaikan di berbagai kesempatan, tapi tidak didengarkan," kata Mathius seperti dikutip dari Detik.com, Senin 18 Maret 2019.

Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat curah hujan sangat tinggi atau hujan sangat lebat hingga di atas 200 mm per hari saat banjir bandang terjadi di Sentani, akhir pekan lalu.

Deputi Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo mencatat curah hujan 207 mm per hari di stasiun ARG Dok II, 145,6 mm per hari di stasiun AWS Digi Dok II dan Stafgeof Angkasa mencatat 248,5 mm per hari atau hujan sangat lebat saat banjir bandang terjadi.

Begitu juga di Stamet Sentani mencatat curah hujan mencapai 114 mm per hari dan AWS Pelabuhan Jayapura mencatat 180,4 mm per hari atau hujan sangat lebat. Sebaran hujan sedang hingga sangat lebat terjadi pada malam hari di wilayah Jayapura bagian utara, Jayapura Selatan, Abepura, Heram, Sentani dan sekitarnya.

"Total curah hujan satu hari pada 16 Maret 2019 di wilayah kota Jayapura yakni 145,6 mm/hari dan di Sentani 114 mm/hari," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline