Isu global warming alias pemanasan global dimulai tahun 1930-an oleh Guy Stewart Callendar, namun tidak mendapat tanggapan serius masyarakat dunia. Sebagian mengatakannya hoax. Callendar mengembangkan teorinya dari teori efek rumah kaca yang dikembangkan sejak 1824 oleh Joseph Fourier yang dilanjutkan oleh John Tyndall (1860) dan Svante Arrhenius (1896).
Tahun 2003 James Mountain Inhofe, senator pada Senat AS untuk Lingkungan dan Pekerjaan Umum terang-terangan mengatakannya hoax dalam pidato berjudul "The Science of Climate Change".
Dugaan bahwa pemanasan global itu isu yang sengaja ditiupkan oleh sekelompok orang untuk kepentingan kantong pribadi mereka. Akhirnya memang terbukti. Sejak 2009 pemanasan global jadi salah satu skandal akademik terbesar di abad ke-21. Pasalnya, peneliti dari University of East Anglia's Climatic Research Unit tersebut ketahuan memalsukan data cuaca.
Ada hacker yang masuk ke komputer mereka dan mencuri ribuan file. Dari file-file yang kemudian disebarkan ke publik itu diketahuilah cerita pemanasan global hanya hoax. Tokoh akademisi di balik penipuan itu bernama Dr James Hansen, mantan klimatologis (ahli cuaca) NASA, badan antariksa AS.
Kemudian dua tiga tahun belakangan wacana pemanasan global dimunculkan lagi. Pelakunya adalah NASA. Pernyataan NASA yang dirilis media AS menyatakan tahun 2014 adalah tahun terpanas yang pernah ada sejak tahun 1880, dimana suhu rata-rata tahun 2014 adalah 14,68 derajat Celsius, atau 1,22 derajat di atas rata-rata suhu pada abad ke-20.
Percaya atau tidak, itu terserang kita masing-masing. Namun beberapa hari lalu argumen bahwa pemanasan global hanyalah sebuah itu "Sains Palsu" didukung oleh sumber yang tidak terduga: Patrick Moore, salah satu pendiri organisasi lingkungan terkemuka Greenpeace.
"The whole climate crisis is not only Fake News, it's Fake Science. There is no climate crisis, there's weather and climate all around the world, and in fact carbon dioxide is the main building block of all life," cuitnya lewat akun Twitter @EcoSenseNow belum lama ini.
Menurut eks Presiden Greenpeace Kanada tersebut, pemanasan global sejatinya hanyalah sebuah "kampanye menakut-nakuti" oleh para ilmuwan terkait dengan hibah pemerintah. Strateginya sebenarnya itu-itu aja, "Tebar paku dijalan dan menawarkan solusi tambal ban berbayar."
Pencitraan pemanasan global disosialisasikan serapih mungkin, baik secara langsung maupun tersirat. Contohnya melalui film-film hollywood buatan mereka seperti film dokumenter "An Inconvenient Truth" atau "The day After Tomorrow."
Ketakutan telah digunakan sepanjang sejarah untuk mengendalikan pikiran dan kantong orang-orang dan lainnya, dan bencana iklim benar-benar merupakan kampanye ketakutan. Dengan demikian, apa yang disebut para ilmuwan dan gerakan hijau lakukan hanyalah menghasilkan lebih banyak ketakutan sehingga politisi dapat menggunakannya untuk mengendalikan pikiran orang, dalam bentuk bahan-bahan yang tampak ilmiah untuk kemudian mengambil keuntungan dari subsidi besar-besaran, penghapusan pajak yang besar, dan lain sebagainya.
"Kekejian yang terjadi hari ini dalam masalah iklim adalah ancaman terbesar bagi Pencerahan yang telah terjadi sejak Galileo. Ini sama buruknya dengan yang terjadi pada sains dalam sejarah sains. Tidak ada kebenaran untuk ini. Ini benar-benar tipuan dan penipuan," tegasnya.