Lihat ke Halaman Asli

Kilang LNG Darat (OLNG) Rusak Ekosistem Hutan Tanimbar

Diperbarui: 19 November 2015   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kapitalisme berbulu pribumi kembali beraksi. Kian banyak pentolan-pentolan pribumi yang pandai memasang wajah pro rakyat dan membela negara, padahal di baliknya ada misi dagang raksasa. Seringkali, misi dagang berselubung wajah nasionalisme itu dilakukan dengan menghalalkan segala cara, bahkan merusak lingkungan.

Penghormatan orang-orang rakus itu terhadap sesama spesies manusia sudah hampir hilang, bersamaan dengan hilangnya penghormatan kepada spesies lain, yang konon lebih rendah dari spesies manusia. Orang rakus masa kini, tak peduli lagi berapa banyak alam yang rusak, berapa banyak manusia yang kehilangan nyawa, berapa banyak spesies fauna yang punah, demi mengejar keuntungan pribadi dan kelompoknya.

Orang rakus jaman dahulu mungkin masih ada rasa bersalah ketika melukai alam, manusia serta flora dan fauna. Sekarang berbeda. Orang rakus masa kini sudah tak lagi merasa bersalah atas kerusakan alam, kematian manusia, flora dan fauna akibat ideologinya mengejar keuntungan tanpa pandang bulu.

Bahkan seringkali, semua pihak tampak berselisih pendapat, berseteru, sembari semuanya mengklaim sedang membela rakyat dan negara. Padahal sejatinya, itu hanya topeng untuk menutupi maksud sebenarnya, mengeruk keuntungan tanpa mengacuhkan adanya pengerusakan lingkungan yang mengancam hajat hidup manusia, flora dan fauna.

Contoh kasus terkini adalah soal Blok Masela Abadi. Semua pihak ribut. Mulai dari pengusaha migas, pengamat, akademisi, tokoh Maluku, DPR, Kadin, partai politik, istana, semuanya ribut.

Ada yang bilang, kalau pakai model kilang Darat, investasi memang lebih mahal dan memberikan peningkatan ekonomi bagi masyarakat setempat. Bukan tidak mungkin menciptakan Balikpapan baru di Tanimbar, katanya.

Pihak yang lain bilang, pakai model kilang Terapung, investasi lebih murah, dimana selisihnya setara dengan investasi yang dibutuhkan untuk segudang proyek maritim dan tol laut yang dicanangkan pemerintahan Jokowi – JK, di kawasan Indonesia Timur, khususnya kawasan sekitar Maluku dan Tanimbar.

Ada juga yang mengangkat soal kepentingan asing versus kepentingan negara. Satu sisi bilang, investor asing bangun kilang LNG di Tanimbar tak masalah, selama rakyat dan negara diuntungkan. Sisi lainnya bilang, buat apa beri keuntungan untuk investor asing, padahal pemain migas domestik mampu membangun kilang tersebut. Keuntungan sepenuhnya untuk bangsa Indonesia. Sepenuhnya untuk bangsa Indonesia, atau sepenuhnya untuk kantong pribadi pengusaha domestik itu.

Semuanya ribut, fokusnya bicara keuntungan. Itulah kapitalisme. Bicara keuntungan paling muka, bicara hajat hidup manusia sert flora dan fauna kalau diperlukan. Kalau diprotes. Kalau ada yang perhatikan saja.

Sori saya jadi ngalor-ngidul bahas ini itu, sindir ini itu. Saya geram dengan petinggi bangsa ini yang hanya bicara uang melulu. Padahal, persoalan utama pembangunan Kilang LNG di Blok Abadi Masela adalah bagaimana menjaga keseimbangan alam, agar tidak mengganggu hajat hidup manusia, flora dan fauna yang hidup disana.

Rencana pengembangan Blok Abadi Masela ada 2 opsi yang diributkan, membangun Kilang LNG Terapung (Floating LNG / FLNG) atau membangun Kilang LNG Darat (Onshore LNG / OLNG). Pembangunan akan dilakukan di Pulau Yamdena yang menjadi bagian dari gugus Kepulauan Tanimbar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline