Lihat ke Halaman Asli

Cerdas Itu ...

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerdas itu, bukannya anda menulis dan membuat orang kagum dan membuat orang bingung. Sebab orang bingung bisa saja karena memang orang itu tidak tahu. Orang tidak mengerti tulisan anda dan tidak tahu tapi jadi kagum, itu tidak membuktikan apa-apa. Kebingungan pembaca awam akan tulisan anda tidak membuktikan apa-apa, selain ketidak tahuan pembaca itu. Orang bingung juga mungkin tahu, bahkan sangat tahu bahwa apa yang anda tuliskan itu tidak mempunyai nilai pengetahuan sama sekali. Pembaca yang tahu, bingung kok seperti itu? Setahu pembaca yang paham atau bahkan expertnya, tidak boleh menjadi bingung dengan tulisan anda, agar tulisan anda dikatakan mempunyai nilai pengetahuan. Kebingungan orang yang berpengetahuan atau bahkan yang expert pada subyek yang dibahas, itu tidak membuktikan apa-apa, selain penulis itulah yang tidak tahu apa-apa. Sebaliknya, bertambahnya pengetahuan pembaca yang berpengetahuan atau bahkan yang expert pada bidang itu, membuktikan bahwa anda sejajar dengan mereka. Yang saya tuliskan terakhir inilah, kontribusi baru terhadap ilmu pengetahuan. Biasanya tulisan yang mempunyai kontribusi terhadap ilmu pengetahuan termuat pada jurnal ilmiah. Tulisan yang termuat di jurnal ilmiah adalah tulisan yang teruji oleh pakarnya. Dalam hal ini yang membanggakan adalah termuatnya tulisan pada jurnal ilmiah dan mendapat penerimaan dari pakar untuk dipublikasi, daripada tulisan itu dipuji oleh orang yang kebingungan dan tidak tahu kebenarannya.

Cerdas itu... bukanlah anda merasa tahu tentang apa yang pernah terjadi dimasa lampau hanya karena menelannya secara bulat-bulat dari buku-buku yang dibaca. Menulis pengetahuan model seperti ini ibarat melakukan sebuah kesia-siaan. Dapatkah kita dimasa sekarang ini memverfikasi berita dari masa lampau, atau memverifikasi berita dari tempat yang jauh? Pembaca  dapat saja terkagum-kagum bahwa apa yang kita tuliskan berasal dari wawasan yang luas. Tapi bagaimana pembaca itu dapat menilai kita berwawasan yang luas sedangkan pembaca itu sendiri tidak dapat memverifikasi kebenaran wawasan itu? Apalagi sebuah wawasan atas sebuah peristiwa tergantung pada penafsiran terhadap peristiwa itu sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline