Lihat ke Halaman Asli

Aris Setya

Seniman

Ini tentang Oleh-oleh Ketika Liburan

Diperbarui: 6 Desember 2015   08:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="salah satu oleh-oleh paling diminati/dok.pribadi"][/caption]Banyak kebiasaan kita yang selalu meminta oleh-oleh kepada teman kita yang bepergian ke luar kota dan keluar negeri, Di Indonesia sepertinya meminta oleh-oleh seolah sudah menjadi sesuatu yang lumrah. Meski kadang kita membeli oleh-oleh karena sudah menjadi tradisi ketika kita sedang liburan.

Mungkin tipe orang kita yang perkewuh atau tidak enakan yang mau tidak mau harus membawa buah tangan ketika bepergian atau liburan. Khususnya di tempat kerja. Misalnya di tempat kerja kita dalam satu lantai ada beberapa team yang berbeda-beda dan kita berada dalam salah satunya. Dalam team kita ada 10 orang misalnya dan ketika kita liburan kita harus membawa oleh-oleh untuk satu team kita, sementara kita dekat dengan team yang lain maka kita tidak enak jika tidak membawakan mereka oleh-oleh.

Tapi apakah kita harus membawa oleh-oleh untuk orang satu lantai di kantor kita? Belum lagi oleh-oleh untuk teman gaul kita atau temen nongkrong dan ngumpul. Ini berbeda dengan oleh-oleh untuk keluarga kita tentunya. Lalu apakah kita haru sembunyi-sembunyi kiha bepergian atau liburan agar kita terhindar dari balada oleh-oleh ini?

Tidak seru dan haits jika kita liburan keluar kota atau ke luar negeri tidak update di social media seperti Facebook, Path atau Instagram. Ini salah satu penyebab banyak orang yang tiba-tiba kirim pesan dan sok akrab ketika tahu kita sedang liburan ke luar negeri melalui status kita di social media, saya sendiri pernah mengalami kondisi seperti ini.

Tahun lalu ketika saya berkesempatan liburan ke Eropa, banyak yang minta oleh-oleh ini dan itu, belum yang nitip ini dan itu juga. Bayangkan kala itu ada 15 orang yang menitip thumbler Starbucks, belum yang nitip souvenir dari negara yang saya kunjungi seperti mug, kaos, cokelat dan lain sebagainya.

Karena saya orangnya tidak enakan maka kala itu koper saya penuh dengan thumbler starbucks dan oleh-oleh lainnya. Pernah akhirnya saya kelebihan bagasi. Pernah ada teman yang nitip tas dengan merk tertentu dan saya sudah keliling-keliling mencari pas sudah ketemu kemudian teman saya bilang jika tidak jadi karena ketika dibandingkan harganya hampir sama dengan yang di Jakarta,padahal saya sudah membuang waktu untuk mencari tas tersebut.

Kita sebelum meminta atau nitip oleh-oleh coba kita posisikan diri kita sebagai teman yang sedang liburan. Ada beberapa poin penting yang harus kita pikirkan tentang hal yang mungkin sepele tapi terkadang sangat menggangu ini

Duit pas-pasan

Bayangkan jika teman kita liburan dengan uang pas-pasan atau backpackeran atau yang liburan tapi nginep atau numpang di rumah teman atau sanak saudara. Karena kita tidak selalu tahu keuangan teman kita. Ini akan menambah beban teman kita ketika sedang liburan.

Memakan waktu

Coba kita pikirkan jika teman kita liburan ke luar negeri selama seminggu dan berpindah – pindah negara dua hari sekali selama seminggu dan harus meluangkan waktunya untuk mencari oleh-oleh atau titipan dari kita. Kasian kan mereka harus membagi waktu yang sangat berharga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline