Lihat ke Halaman Asli

Nohan Arum Romadlona

Dosen Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang

Pengabdian Masyarakat: Empowering Indonesian Migrant Workers in Taiwan

Diperbarui: 16 Juni 2023   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Taipei, 11 Juni 2023 - Kesehatan mental di dunia pekerjaan masih belum menjadi perhatian khusus baik dari sisi program intervensi maupun kebijakan. Meskipun begitu, masalah kesehatan mental berdampak pada masalah kesehatan masyarakat dan kependudukan. Kesehatan mental perlu menjadi salah satu perhatian serius terutama bagi pekerja migran di seluruh dunia. Masalah tersebut juga menimpa PMI yang selama ini mengalami serangkaian proses penyesuaian diri terhadap lingkungan, budaya, dan aktivitas kerja di negara baru. 

"Terdapat beberapa tipe stres diantaranya adalah kecemasan, tekanan, konflik, dan frustasi. Stres juga merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap manusia sebagai respon terhadap berbagai keadaan," tegas Farah Farida, M.Psi dalam kegiatan pengabdian masyarakat dengan judul Empowering Indonesian Migrant Workers in Taiwan Through Training on Stress Management and Coping Mechanism. 

Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di luar negeri berkontribusi di segala aspek. Jumlah PMI pada tahun 2022 meningkat secara signifikan dibandingkan tahun 2020 dan 2021 yang disebabkan mulai dibukanya akses penempatan di berbagai negara tujuan setelah pandemi COVID-19[6]. Data Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) tahun 2022 mencatat peningkatan hingga 590% pada sektor formal dan 52% pada sektor informal. Dilihat dari data asal provinsi PMI, Jawa Timur menyumbang angka tertinggi sebesar 26% dari total seluruh PMI. 

Taiwan menjadi negara yang bergantung pada tenaga kerja migran dari Asia Tenggara[1]. Pada tahun 2020, jumlah pekerja migran di Taiwan meningkat 0,7 kali dibandingkan pada dekade sebelumnya[2]. Hingga Oktober 2022, tercatat sejumlah 34% pekerja imigran di Taiwan berasal dari Indonesia yang menduduki nomor dua terbanyak setelah Vietnam (35,5%). Adaptasi yang buruk selama akulturasi diketahui secara luas menyebabkan tekanan psikologis tambahan bagi para migran. 

Kegiatan pengabdian masyarakat tersebut diinisiasi oleh Universitas Negeri Malang dan Fakultas Hukum Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta yang dipimpin oleh Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang, Dr. Sapto Adi, M.Kes. Selain menyampaikan pentingnya menjaga kesehatan mental dan mengatur stres, Dr. Sapto Adi juga menjelaskan pentingnya menyeimbangkan dengan kegiatan aktifitas fisik yang rutin. Kegiatan dihadiri oleh 13 perwakilan PMI di Taipei. Selain itu, acara didukung oleh GF Ever Prosper International Employment Consultant. Acara juga dihadiri oleh perwakilan Manpower Agencies Association of R.O.C. 

Selain masalah kesehatan mental, masalah penipuan berkedok asrama juga sering terjadi dan menimpa PMI di Taiwan. Oleh karena itu, salah satu materi bertema "Avoiding romance scam" disampaikan oleh Deslaely Putranti, MH juga disambut baik oleh peserta pelatihan. Kegiatan dimoderatori  oleh Nohan Arum Romadlona, M.K.M. yang merupakan dosen Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang. Harapan yang disampaikan oleh asosiasi maupun peserta pelatihan yaitu acara seperti ini perlu diadakan secara rutin sebagai salah satu bentuk komunikasi dan diskusi dengan PMI. 

Untuk informasi lebih lanjut, silahkan menghubungi:

Nohan Arum Romadlona, M.K.M.- arum.romadlona.fik@um.ac.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline