Lihat ke Halaman Asli

Nofita Dhea Saputra

TIDAK ADA YANG SULIT

Menganalisis dan Menangani Problematika dalam Pandangan Islam

Diperbarui: 23 November 2019   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Era kontemporer merupakan kelanjutan dari era modern yaitu era perkembangan ilmu pengetahuan merujuk pada perkembangan sains di Eropa yang ditandai dengan keruntuhan otoritarianisme gereja abad pertengahan dan masuknya zaman baru yang dikenal dengan Renaissance. Era baru ini diikuti dengan revolusi industri di bidang ekonomi dan revolusi Perancis di bidang politik.

Karena itu istilah modernisme mencerminkan perkembangan yang terjadi di Eropa sebagai titik balik dari abad kegelapan Eropa, namun kemudian gerakan modernisasi dan paham modernisme juga menyebar ke dunia Islam. Penyebaran paham modernisme ke dunia Islam terjadi karena seiring dengan kemajuan pesat di Eropa, dunia Islam justru mengalami kemunduran secara berangsur-angsur.

Ketika dunia Barat diselimuti kegelapan yang dikenal dengan the dark ege, dunia Islam masih cemerlang, namun justru ketika Barat mentas dari abad kegelapan, dunia Islam mengalami hal sebaliknya. Wilayah-wilayah dunia Islam direbut oleh orang-orang Eropa sebagai wilayah jajahannya.

Kondisi keterpurukan di dunia Islam yang muncul di saat dunia Barat mengalami perkembangan teknologi dan sains yang pesat telah melahirkan krisis kepercayaan diri sebagian umat Islam. Puncak dari krisis kepercayaan diri adalah terjadi krisis idola yang menjadikan sebagian dari umat Islam tidak tahu siapa yang harus diidolakan.

Dampaknya mereka telah secara latah menjadikan Barat sebagai idolanya yang ditampilkan dalam perilaku meniru apa saja yang datang dari Barat. Dapat disaksikan di mana-mana budaya dan tradisi Barat telah dijiplak mulai dari trend makanan, trend berpakaian, trend mengelola pesta, trend berperilaku dan masih banyak lagi.

Upaya sejumlah elemen umat ini untuk mengejar ketertinggalan dari dunia Barat telah melahirkan sema-ngat yang disebut dengan semangat kebangkitan umat Islam. Namun dalam banyak hal telah terjadi kesalahan di sebagian umat Islam dalam mengidentifikasi sebab-sebab ketertinggalan itu. Profesor Sayyid Mohammad Naquib al-Attas memberikan kritiknya dalam hal ini:

Di sebagaian negara-negara Islam sekarang ini, banyak umat Islam yang beranggapan bahwa permasalahan-permasalahan mereka hadapi bersumber dari ketertinggalan dalam bidang ekonomi, sains, dan teknologi. Walaupun secara sekilas anggapan seperti itu benar, permasalahan inti yang menjadi penyebab semua permasalahan lainnya adalah permasalahan ilmu.

Sehubungan dengan ini al-Attas memberikan kritikan kepada kebanyakan ilmuwan muslim ini, oleh karena sedemikian mengidolakan Barat mereka telah berusaha mengatasi ketertinggalan dunia Islam melalui cara yang salah dengan mem-Barat-kan Islam melalui sistem pendidikan bahkan ada yang ingin menghapus Islam sama sekali seperti yang dilakukan oleh Kemal Ataturk di Turki .

Semangat meniru Barat itu serasa semakin aneh, sampai-sampai banyak juga ilmuwan muslim yang secara latah ikut-ikutan menggugat eksistensi al-Qur'an dan al-Hadits karena begitu bersemangat mengadopsi metode studi yang dikembangkan di Barat yang dikenal metode studi kritik kesejarahan (Historical Criticism). Bagi mereka pikiran baru itu terasa nyentrik dan menarik.

Contoh, sebuah paparan yang konon juga produk penelitian, baru-baru ini sempat digelar dalam sebuah seminar akademik di UIN Sumatra Utara yang diberi judul: "Jejak Pelacur Arab dalam Seni Bacaan al-Qur'an". Dari judul seminarnya saja bermuatan pelecehan terhadap al-Qur'an. Bagaimana bisa di kampus ini ada yang tega menampilkan judul sedemikian seronok tanpa mengesankan ada beban psikologi sama sekali.

Jika si peneliti mau sedikit sopan dan telaten memahami al-hadits dan asbab al-nuzul, serta menelaah buku-buku yang ditulis para ulama dalam soal adab terhadap al-Qur'an, rasanya tidaklah sampai hati membuat judul seminar seperti ini. Dari hadits Nabi akan diketahui bahwa munculnya cara-cara pembacaan al-Qur'an yang indah adalah manifestasi dari pesan Rasulullah Saw yang disampaikan dalam banyak riwayat, sebagaimana antara lain dalam sabdanya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline