Kanker, siapa takut?
Jawabannya sudah pasti banyak!
Ya, kanker merupakan salah satu penyakit yang sangat ditakuti dan kian menjadi momok di masa milenial ini akibat gaya hidup modern yang serba instan dan banyak lebih condong kearah sakit daripada sehat.
Kanker dapat melemahkan siapa saja, bukan hanya penderitanya namun juga orang-orang disekitarnya yaitu keluarga terdekatnya. Apabila tidak ditangani serius, penyakit yang satu ini dapat menyerang ke seluruh tubuh yang kemudian disebut dengan stadium untuk pendeskripsian sebarannya, semakin tinggi angka stadium maka penyebarannya pun sudah semakin meluas.
Beruntung atau sial?
Tidak dapat dipilih sebulat itu. Disatu sisi pasien kanker akan merasa menjadi orang yang paling malang mengingat penyakit parah tersebut telah mengerogoti tubuhya namun di sisi lain ada yang mensyukuri apapun yang dideritanya dan menjadi tahap mendekatkan diri kepada Tuhan.
Saya sendiri awalnya merasa sial dengan divonisnya saya mengidap kanker nasofaring stadium 3 pada agustus 2018. Namun, setelah berhasil menjalani terapi kemo dan radiasi saya merasa beruntung mengalami siklus hidup menjadi penyintas kanker.
Kanker menjadi suatu peringatan bagi saya untuk selalu menjaga kesehatan saya dan juga orang disekitar saya, selain itu jugamenjadi bukti dan inspirasi bahwa dunia belum berakhir walaupun vonis kanker menusuk hati dan pikiran.
Jangan takut! Jangan pernah takut dengan kanker!
Walaupun Anda telah divonis mengidap kanker, takut bukanlah solusi yang baik. Malah memperburuk kondisi. Hadapi kanker dengan keyakinan untuk sembuh. Jalani pengobatan walaupun efeknya menyakitkan dan melelahkan.
Kamu perlu jiwa dan semangat yang kuat untuk tegar menghadapi kanker. Ketakutan dan keyakinan adalah permainan pikiran, kita sendiri yang menciptakannya. Tinggal tugas kita mau memilih yang mana, mau takut apa mau yakin kalau kesembuhan itu pasti ada.