Lihat ke Halaman Asli

Apakah Bakatku Terhalang oleh Takdir?

Diperbarui: 16 September 2020   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku tertarik untuk menulis sebuah artikel yang kuberi judul "Apakah Bakatku Terhalang Oleh Takdir" ini setelah aku mengikuti matakuliah Pengembangan Bakat oleh dosenku Bapak Akhmad Mukhlis S, Psi. MA. 

Disitu pembahasan mengenai bakat sangat jelas dan sangat luas sehingga menimbulkan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang muncul dariku tentang diriku sendiri. 

Dari dulu aku itu orangnya sangat suka menyanyi, menggambar, berpetualang, dan berolahraga, apalagi bermain catur yang sangat aku gemari, aku juga suka tantangan seperti mengerjakan matematika menyelesaikan hal-hal rumit yang sangat menguras fikiran pokoknya selain pendidikan deh hehe, iya sih matematika itu termasuk pendidikan tapi bagiku matematika itu adalah suatu tantangan yang sangat menarik untuk diselesaikan.

Sejak MTs aku masuk di salah satu pesantren yang cukup salaf di Bojonegoro, disana sangat ditekankan untuk belajar tentang ilmu-ilmu agama seperti ilmu nahwu, ilmu shorf, aqaid, fiqh dan masih banyak lagi, akupun mengikuti alur dan aku menjadi suka dengan ilmu nahwu dan ilmu shorf yang bagiku seperti matematika yang menantang dan menarik, sampai aku sering mengikuti olimpiade-olimpiade Bahasa Arab yang diadakan oleh sekolah maupun kabupaten. aku sangat menikmati diriku saat itu, aku juga mengikuti organisasi-organisasi yang menunjang kemampuan tersebut, tapi hanya organisasi dalam lembaga sekolahku karena anak pesantren dilarang keluar dari lingkungan sekolah.

Aku memang suka dengan hal-hal yang menantang termasuk juga dengan peraturan-peraturan pesantren dan sekolahku, aku bisa dibilang dengan sebutan murid bandel/santri bandel dulu. aku akuin sih emang dulu aku sering banget ngelanggar peraturan-peraturan sekolah dan pesantren sehingga tak sedikit juga kenangan yang terlukis pada saat itu. 

Aku adalah anak yang cenderung sulit diatur. Iya emang, aku mengakuinnya. bagiku apa yang aku lakukan itu tidak boleh terpaksa, jadi harus emang dari niatku sendiri. aku dari dulu juga bukan type anak yang setiap jamnya suka belajar meskipun dulu waktu dipesantren semua pelajaran wajib dihafalkan. 

Jika aku memang berniat untuk belajar aku lebih suka waktu tengah malam disaat semua teman-temanku tertidur sehingga tak ada yang tau kalo aku juga pernah belajar hehe. tapi alhamdulillahnya aku selalu berada di kelas 'Aly disekolahku padahal disekolahku terdapat 17 kelas, kelas 'Aly adalah kelas dimana tempat anak-anak yang giat belajar, anak-anak pintar dan 'Alim ilmu agama maupun ilmu umum. 

Sampai aku sering banget dapat julukan dari teman-temanku "nof, awakmu iku gak tau sinau tapi kok isok ndek kelas ndukur terus" dan aku selalu menjawab "mungkin pak guru salah nilai mungkin hehe" memang sih aku gak suka banget dengan hal yang berbau serius,  semua teman dan asatidzkupun mengetahuinya,memang aku dulu se receh itu wkwk,aku suka lelucon dan saking seringnya aku guyonan sampai-sampai ketika aku seriuspun di anggap guyonan sama teman-temanku hehe nyeselin sih tapi aku menikmatinya karena terlalu tegangpun juga menyebabkan darah tinggi hehehehe

Dari situ aku mulai bisa mengetahui kemana jalannya otakku hehe, tapi disaat aku lulus dari sekolah aku ingin mengenal ilmu umum lebih dalam setelah aku dipesantren yang mendalami ilmu agama, dan ketika aku ngikut snamptn&sbmptn aku kegusur dong hehe, semua temanku nggak ada yang percaya sih tentang itu namun aku kembali lagi mengulas bahwa sebenarnya aku lebih condong ke ilmu agama daripada ilmu umum, dan akhirnya saat jalur masuk PTN hanya tersisa mandiri aku ikut dong masuk ke dua kampus islam dan keduannya keterima dong wkwk saat itu aku nyesel juga sih kenapa gak ikut spanptkin/umptkin. 

Saat itu aku daftar di UIN Sunan Ampel Surabaya dan UIN Malang, di UINSA aku ambil prodi Bahasa dan sastra arab dan di UIN malang aku ambil jurusan PIAUD, saat itu pengumuman kelolosan lebih dulu UIN malang daripada UINSA, jadi saat aku lolos di UIN Malang aku langsung mengurus semua administrasinya dan setelah semua terurus ternyata aku juga diterima di UINSA prodi Bahasa dan Sastra Arab, sumpah menangis aku melihatnya. 

Aku tidak banyak berfikir saat aku melakukan semua itu,aku seperti tak sadarkan diri ketika aku daftar di bidang yang sangat tidak sesuai denganku, sampai semua temanku tidak percaya bahwa seorang aku yang istilahnya gawe karepe dewe mengambil kuliah dibidang yang didalamnya harus penuh dengan keuletan dan kesabaran. hingga akhirnya aku berusaha menyesuaikan diri terhadap lingkungan baruku ini yang sangat berbanding terbalik dengan salaf yang sangat tertanam dalam diriku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline