Sepi, itu adalah kata yang sering disematkan pada mereka yang hidup sendiri. Ada suatu ruang kosong dihati pada saat menyadari ada sosok di sekitar kita yang hidup sendiri.
Kesendirian hidup bagi sebagian orang bisa jadi sebuah derita yang bisa saja memalukan, membuat seseorang itu harus 'bersembunyi', menarik diri dari lingkungan sosialnya, menjadi derita yang tiada berujung.
Bagi sebagian lainnya sendiri adalah sebuah jalan kehidupan yang dengan penuh kesadaran dipilih, tentu saja dengan pertimbangan yang beragam dan bisa saja karena mengalami atau menyaksikan kehidupan orang terdekatnya yang tidak mengenakkan sehingga menimbulkan rasa traumatis dalam dirinya.
Sedangkan bagisebagian lainnya sendiri, bisa terjadi karena, sebuah keadaan yang memaksa, yang membuat kebersamaan lebih akan pmenimbulkan derita berkepanjangan dalam hidupnya.
Sebagaimana yang hidup yang dijalani oleh Mak Anis, sebut saja begitu nama nya. Dimana beliau dengan kesadaran penuh memilih hidup sendiri, dengan sebuah alasan yang menurut beliau penuh dengan perhitungan.
Beliau adalah seorang Ibu tua, berusia sekitar tujuhpuluhan tahun. Dalam suatu kesempatan yang tidak disengaja disebuah masjid di kota kami.
Karena ada sebuah kegiatan, maka saya sedikit telat untuk melakukan Shalat Magrib berjama'ah di masjid. Sudah banyak jama'ah yang meninggalkan masjid, karena shalat memang sudah usai beberapa waktu berlalu.
Begitu memasuki masjid, mata saya tertuju pada seorang perempuan yang sudah 'tergeletak' di tikar masjid. Menurut pengamatan saya dari jauh sepertinya beliau sudah tertidur, pulas skelihatannya.
Karena sudah telat, tanpa litik kiri kanan saya langsung saja mengambil posisi untuk segera menunaikan Shalat Magrib.
Selesai shalat hati saya penasaran sebetulnya dengan perempuan tertidur yang satu-satunya lagi 'tertinggal' di masjid ba'da Magrib, itu.
Selang benerapa waktu, setelah melihat gadget, untuk memantau situasi dan mendapatkan info terkini, terdengar kumandang azan Isya.