Hari-hari ini, para guru banyak mengeluhkan tentang semangat belajar para siswa yang sangat mengkhawatirkan.
Di forum-forum resmi guru, hampir rata-rata topik pembicaraan, berkaitan dengan sikap-sikap siswa, peserta didik yang membuat miris, bagi siapa saja yang mendengarnya.
Bahkan ada juga yang menyimpulkan, kalau siswa hari ini yang paling mereka 'sedihkan' bukan pelajaran yang tidak kunjung mereka kuasai. Akan tetapi kekhawatiran terbesar mereka adalah pada saag, kuota internet di hp mereka yang tidak aktif.
Dalam suatu kegiatan penerimaan rapor, sengaja dibuat kebijakan untuk menampilkan nilai yang asli, dengan harapan, agar muncul semangat belajar mereka sewaktu nilai hasil belajar yang belum memuaskan.
Ternyata, harapan akan kepedulian mereka terhadap pencapaian yang belum menggembirakan itu, seperti fatamorgana.
Terbukti dengan ketidaktahuan mereka akan berapa pencapaian yang sudah mereka torehkan dan tertera di rapor. Hal ini sangat menyiratkan beragam rasa dikalangan para guru, ada rasa marah, sedih, khawatir, kecewa dan beragam rasa lain yang menyisakan 'luka'
Bagaimana tidak, siswa yang diharapkan kembali bertanya terkait materi apa saja yang masih belum dipahami malah tidak tahu 'peduli' dengan nilai yang mereka dapatkan
Setelah merenung ulang, maka kemudian Sang Guru, mencoba mulai memahami logika siswa, bisa jadi mereka sehabis penerimaan rapor, sama sekali tidak melihat rapor yang telah orang tua mereka terima.
Mereka sudah bisa memprediksi, kemungkinan nilai yang tersusun rapi di rapor, yang apabila ditanya hanya akan menambah murka orang tua.
Sehingga akhirnya mereka memutuskan untuk lebih baik, diam, tidak bertanya, dari pada mendapatkan semburan kemarahan Ayah, Ibu, Mama, Papa mereka saja.
Hidup yang serba dilematis, di rumah, kena marah, di sekolah, dijejali tanya, kenapa, mengapa, bagaimana , , , daaan akhirnya, kutemukan teman kongkow, yang membuat hidupku bahagia, dihargai dan jauh lebih berarti.