Berpikir keras.lagi-lagi aku mencerna apa yang baru saja terjadi
Mata ku masih terasa berat, seperti biasa, setiap perdebatan terjadi pasti tidak tahan untuk menangis.
Kesal, ya.. kenapa aku begitu memikirkan nya.
Basa-basi,penjelasan,pembelaan yang benar-benar butuh pencerahan ku pikir
Sama sekali tidak mebuat otak ku cerah dengan kalimat nya yang ku dengar
Ku usap air mata ku yg kembali mengalir, sambil meringis dalam hati.. mulai sekarang dia tidak akan ada untuk menyeka air mata sialan ini, tersenyum pedih sambil beranjak dari kasur menuju meja hias di sudut kamar ku.
Ku ambil satu frame foto yang berisi 4pose konyol itu, sial. Memori ku terputar lagi,kembali ingat kapan dan dimana gambar itu di ambil, ku keluar kan foto penuh keceriaan itu dari tempat persinggahan nya selama ini. Selamat tinggal, tempat mu bukan lagi disini, akan ku letakkan kamu bersama barang-barang kenangan penuh luka dari nya..
Lampu led di handphone ku menyala-nyala, pesan singkat..
‘aku sayang kamu’
Apa-apaan ini, bahkan belum kering air mata ku karna pernyataan dia yang sakit.
Apa perbincangan penuh ego tadi hanya khayalan ku saja? Gila. Dia punya hati memang, tapi otak nya sebelah ku rasa, dia bilang sedang dekat dengan wanita yang lebih dewasa itu kan? Terus rasa sayang apa yang di berikan untukku? Kakak ke adik? Hahahahahaha sungguh aku tidak butuh itu, perasaan ku ini sudah jauh melebihi itu, dasar bodoh, tunggu.. apa aku yang bodoh? Ah kami sama-sama bodoh mungkin, tapi setidak nya aku lebih bisa menentukan siapa yang benar-benar memiliki hati ku,ketimbang pikiran dia yang plin-plan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H