Karna kehadiran mu seperti hadiah.Mencintaimu seperti melukis bunga mawar.
“apa kita bisa memulainya lagi?” katanya sambil mencondongkan wajah ke arahku
“oh ya.. mmm maaf, aku terlalu sibuk memikirkan tugas akhir ini” sambil tersenyum menahan malu, karna baru saja aku tersadar sedang melamun
“masih seperti yang dulu ya, senang melamun, senang memikirkan suatu hal berlarut-larut”
“oh ya, setidaknya aku konsisten dengan diri sendiri haha”
“semoga begitu juga dengan perasaan mu”
ia memegang tangan ku,seakan meraih sesuatu yang sempat hilang,mencoba menseriuskan pembicaraan.
“maaf karna telah menyia-nyiakan mu” sambungnya,masih menggenggam tangan ku.
Aku diam. Kali ini bukan melamun, hanya saja mulutku tidak sinkron dengan pikiran yang isi nya macam-macam ini.
Masih diam.
Dia memelukku, entah mungkin karna lelah menunggu kalimat yang tak kunjung ku ucap ,tapi aku merasakansuatu kerinduan yang mendalam di antaranya. Ya.. aku pun merasakan itu
Hening.
Kali ini terdengar isak nya, kerinduan yang bercampur penyesalan ku rasa, sedikit senyumku terulas di balik pelukan. Ku balas pelukannya, erat, berharap ke risauan hatinya berkurang dengan respon ku ini.
“aku sudah memaafkan mu, bahkan mengikhlaskan kita yang dulu” kata ku sambil melepaskan pelukannya.
“apa sudah tidak ada yang bisa di kembalikan seperti dulu lagi?”
“ku rasa begitu.. maksud ku kita bisa memulai nya dari awal sebagai kita yang baru, seperti kita yang memutuskan untuk menjalani semuanya masing-masing”
Hening lagi.
“apa ini karna kesalahan ku yang lalu?”
Aku menghela nafas.
“ Bermaksud untuk tidak munafik.. sebagian alasan ku ini mungkin seperti yang kamu katakan. meski sudah memaafkan namun memori itu akan tetap ada..bukan dendam, hanya saja aku susah lupa dengan semua kenangan yang menyakitkan”
Dia menunduk, sesekali menggelengkan kepala,ku lihat usahanya nampak menjelaskan sesuatu,kemudian diam lagi.mungkin sedang memutar balik kesalahan-kesalahnya yang dulu.ku rasa ia malu untuk mengeluarkan kalimat pembelaan.
“aku menyayangi mu”ucapnya, sambil menatap dalam kepadaku.
Tersenyum, ku usap pipinya, sambil berharap dalam hati, semoga tidak ada raut kesedihan lagi di wajah laki-laki ini.
“kamu orang jahat yang paling aku sayang..aku selalu mendoakan yang terbaik untuk mu, mengaharapkan kebahagiaan selalu ada pada mu, tapi bukan bersama ku”
..Karna ternyata kehadiran mu adalah hadiah yang berisi senapan, mencintaimu seperti melukis bunga mawar dengan darah ku sebagai tintanya. Meskipun mengenang mu adalah sebagian dari pencabutan nyawaku, tapi dengan tidak bersamamu mungkin lebih memberi ku waktu untuk menikmati keindahan dunia ini..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H