Lihat ke Halaman Asli

Nofia Fitri

Political Researcher

Catatan untuk Perempuan ‘Singa Betina’ Indonesia

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: Nofia FITRI

Perempuan adalah sosok istimewa dalam banyak bidang yang berbeda, termasuk kiprah mereka dalam dunia politik. Bagi banyak kalangan perempuan penguasa dianggap mampu memimpin dengan hati dan cinta. Namun demikian tidak sedikit perempuan penguasa bertangan besi yang ketegassannya melebihi kaum pria.

Perempuan INDONESIA

Partisipasi politik perempuan dalam bentuk representasi 30% dalam parlemen dilegalkan melalui Undang Undang Tentang Pemilihan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah No.12 Tahun 2003. Dalam salah satu pasal yang berbunyi “Setiap Partai Politik peserta pemilu dapat mengajukan calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota untuk setiap daerah pemilihan dengan memperhatikan keterwakilan perempuan sekurang-kurangnya 30% (Pasal 65).” Pasal ini memberi ruang demokrasi dalam iklim kesetaraan, dimana perempuan dapat berkiprah lebih lanjut dalam dunia politik.

Perempuan Indonesia dalam mengukir sejarah perjuangan tidak berhenti pada Cut Nyak Dien, Cut Mutia, sampai R.A. Kartini. Perjuangan tersebut berlanjut hingga Megawati Soekarno Putri, dan Mutia Hatta. Dalam pesta demokrasi Pemilu 2004, bahkan, beberapa kader-kader politik perempuan dijagokan, selain untuk memenuhi kuota 30 % juga sebagai pendobrak ketidakadilan gender yang melekat dalam kultur bangsa Indonesia.

Perempuan DUNIA

Jika kepemimpinan adalah gen yang turun temurun, sosok Aung San Suu Kyi, Benazir Bhutto, Indira Gandi dan Sonia Gandi, Sirimavo Bandranaike, hingga Megawati Soekarno Putri adalah pengejewantahan sempurna dalam hal ini. Menjadi anak saripati dari figur-figur yang dibesarkan dan membesarkan bangsanya, tokoh-tokoh politisi perempuan ini membuat goresan tidak berbeda dari para pendahulunya. Memperjuangkan demokrasi, sosialisme, humanisme, kesetaraan gender dan tentu saja isu paling menyentuh adalah: bagaimana memberikan kesejahteraan untuk rakyat yang dipimpinnya.

Selain tokoh-tokoh yang berada dibawah bayang-bayang orangtuanya, para politisi perempuan bertangan besi sebaliknya meraih tampuk kekuasaan dengan membangun karir politiknya dari dasar. Sebut saja Margaret Thatcher yang berhasil melepaskan negaranya dari lilitan krisis keuangan, Golda Meir dengan perjuangan pendirian negara Yahudi-nya. Hingga Angela Merkel yang tak diduga sekonyong-konyong muncul sebagai perempuan No. 1 Dunia. Tokoh-tokoh perempuan cerdas dan bermental baja ini bahkan berhasil menjadi pemimpin perempuan pertama sepanjang sejarah negaranya.

Perjuangan seorang istri dalam iring-iringan sang suami tampak dalam figur Corazon Aquino, Evita Peron, Hillary Clinton, Cristina Fernandez de Kirchner sementara perempuan pendobrak sistem yang menempatkan perempuan tidak begitu dihargai di negaranya termanifestasi dalam figur seperti Michelle Bachelet.

Pentas politik dunia pernah menempatkan sosok Angela Merkel, Perdana Menteri Jerman, sebagai perempuan nomor satu di dunia. Kepemimpinan Margareth Theatcer di Inggris bahkan meninggalkan jejak-jejak neo-liberalisme, dan mengukir sejarah besar bagi pertumbuhan ekonomi Inggris. Golda Meir membangun negara Israel diantara kekuatan para pria. Kematian Benazir Bhuto tidak hanya menjadi duka bagi Pakistan, melainkan duka bagi bagi banyak bangsa, duka para pejuang-pejuang perempuan di dunia.

Perjuangan Aung San Suu Ky dalam menegakkan demokrasi di Myanmar dan menentang otoritarianisme militer telah berlangung lama, dan dunia melihat Suu Kyi sebagai politisi perempuan yang tak gentar akan moncong senjata. Arroyo telah berhasil menahan terjadinya kudieta atas kepemimpinannya, dan Condoleezza Rice menjadi duta perempuan Amerika yang membawa misi AS ke pelosok dunia. Bahkan di Amerika seorang perempuan muslim mengukir sejarah AS dengan representasinya dalam parlemen,

Perempuan CANTIK Indonesia

“Jika putriku termasuk ke dalam perempuan-perempuan yang peduli terhadap sesama, Ia lah si Cantik itu, bersama mereka yang memberi pertolongan kepada orang-orang disekelilingnya dengan IlMU pengetahuan dan kekuatan CINTA.” (Sang BUNDA)

Cantik adalah refleksi kepedulian seorang perempuan terhadap sesama. Perempuan yang siap memberi kontribusi kepada orang-orang disekelilingnya, kepada negara dan kepada dunia. Perempuan-perempuan yang tekun belajar dan menjadi Pioneer dibidangnya, serta mampu berkarir setara dengan kaum pia.

Wahai para Perempuan Indonesia yang memiliki kepedulian ‘Caring’ dalam dirinya, cantik berarti peduli. Refleksikanlah cantik itu dengan membagi-bagikan peduli itu agar juga dirasakan bersama oleh orang-orang disekelilingmu dari manfaat kecerdassanmu. Jangan pernah ragu untuk berbagi cantikmu melalui kontribusi tanpa pamrih kepada mereka yang membutuhkan. Satu hal yang perlu kita ingat bahwa cantik adalah peduli terhadap sesama melalui pertolongan kepada mereka yang membutuhkan serta memberi kontribusi kepada bangsa dan dunia sekelilingmu.

Tapi jangan lupa bahwa bahwa cantik mu juga adalah pertanggungjawaban kepada suami beserta anak-anakmu dan para orangtua mu apapun bidang yang kau geluti untuk menjadi yang terdepan didalamnya, diiringi dengan ibadahmu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline