Bukti adanya "Ruh" itu ialah, bahwa manusia mempunyai dua watak (tabi'at) yang berlawanan.
Watak lahiriyah, yakni tubuh atau badannya yang terdapat segala sifat materi. Tubuhnya dapat ditimbang dan diukur, bergantung pada ruang dan waktu, situasi dan kondisinya berubah-rubah dari waktu kewaktu. Ia terombang-ambing oleh berbagai situasi, antara sehat dan sakit, kenyang dan lapar, gemuk dan kurus, giat dan malas, tidur dan jaga. Di samping watak jasmaniahnya tadi, terdapat pula arus yang tak pernah berhenti menelusuri otaknya. Antara lain emosi, simpati, anti pati, kecemasan dan lain-lain sebagainya.
Karena watak tersebut dan cabang-cabangnya itu mempunyai sifat-sifat kebendaan (materi), maka dapat dikatakan, bahwa tubuh manusia dan diri biologisnya, adalah materi juga.
Tetapi, dalam tubuh manusia ada suatu watak yang berlawanan (paradok) dengan watak yang pertama serta cabang-cabangnya. Tabi'at yang kedua ini, bersifat permanen dan tetap serta tak tergantung pada ruang maupun waktu. Perasaan dengan segala ukurannya, atau hati nurani dengan segala ketentuannya, dan ego (aku) yang mempunyai sifat-sifat akal, hati nurani, rasa keindahan dan lain-lain.
Ego bukan sebagai materi dan bukan pula sebagai diri biologi yang membara dengan rasa lapar dan syahwat. Ego merupakan suatu zat yang sangat mendalam dan mutlak. Dengan ego seseorang merasakan dirinya berada di alam ini. Perasaan ini tak kan berubah walau betapapun terjadi perubahan situasi. Ego tidak tergantung pada waktu, tiada masa lalu maupun sekarang ataupun masa yang akan datang. Ego selalu bersifat "kekinian". Tiada pernah berlalu seperti masa dan waktu yang berlalu.
Singosari, 18 Juli 2019
@J.Barathan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H