Lihat ke Halaman Asli

Junus Barathan.

Profesional.

Bumi Gorah Bergoyang

Diperbarui: 14 Maret 2019   17:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

oleh : Junus Barathan

Sejauh mata memandang hanya nampak puing-puing berserakan, dinding-dinding tembok retak patah, walaupun sebagian masih tetap berdiri kokoh. Atap-atap rumah berhamburan ke segala penjuru. Pohon-pohon tumbang berserakan tak menentu. Ratap tangis terdengar dimana-mana. Wowapa yang telah terjadi ?!...

Pulau Lombok menyimpan sejuta pesona, alamnya ramah dengan pemandangan yang menawan, laut menghampar biru dan pasirnya yang putih berkilau. Puncak Rinjani menjulang tinggi berselimutkan kabut tipis, danau segara anak dengan airnya yang berwarna warni serta dihiasi bunga-bunga abadi (Edelwise) yang tumbuh liar. Menambah asri dan lestarinya alam ini.

dokpri

Alam serta budaya ramah dari masyarakat dengan segala kesederhanaannya, mampu menarik para pengunjung baik dari dalam maupun luar negeri, untuk datang ke pulau Lombok. Tak heran setiap tahunnya semakin meningkat pengunjung yang datang untuk sekedar menikmati dan meresapi keindahan alam serta budaya masyarakat di "BUMI GORAH" ini.

Siang itu tiba-tiba bumi bergetar kencang disertai suara bergemuruh riuh bersautan, masyarakat berhamburan berlari kian kemari menyelamatkan diri. Inilah awal dari tragedi bencana yang berkepanjangan. Beberapa hari kemudian ditengah malam, kurang lebih pukul 23.05 Wita, tatkala masyarakat sedang tertidur pulas dan bayi bayi mungil terlelap dalam dekapan sang Bunda. Goncangan yang lebih dahsyat lagi datang disertai isue Tsunami dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Listrik pun padam seketika, gelap gulita menyelimuti daerah-daerah sekitar, jerit tangis bocah-bocah mencari sang ayah entah dimana. Sementara orang-orang dewasa sibuk menyelamatan keluarganya masing-masing. Semua tertunduk diam, semua bersedih, semua menjerit bimbang. Tinggal rasa cemas dan waswas terus menghantui hingga pagi menjelang.

dokpri

Ke esokkan harinya terlihat nuansa lain, nampak tenda-tenda darurat berwarna warni terpasang seadanya di halaman rumah-rumah penduduk. Masyarakat terpaksa meninggalkan kamarnya masing-masing untuk rela tidur di dalam tenda darurat (termasuk juga penulis, secara kebetulan ada di lokasi bencana). Karena khawatir akan datangnya becana susulan yang sulit diprediksi. Penulis menyempatkan diri untuk melihat langsung dampak dari gempa semalam, yang berkekuatan 7.0 SR. Ternyata, disebuah lapangan sudah banyak tenda-tenda darurat yang terpasang oleh pendatang (pengungsi) dari berbagai daerah di sekitar Lombok Timur Utara. Mereka meninggalkan kampung halaman, meninggalkan rumah yang hancur lebur, meninggalkan semua kenangan yang terkubur bersama reruntuhan. Rasa trauma ini menjadikan segala aktifitas masyarakat lumpuh total, yang tersisa hanyalah rasa kecewa dan penasaran. Mengapa bencana terjadi di tanahku ?!!.

Seingat penulis dan beberapa tokoh masyarakat di Lombok Timur selama ini pulau Lombok belum pernah terjadi gempa yang begitu besar dan terus menerus berlanjut hampir satu bulan berlangsung. Sampai-sampai masyarakat di Lombok mengambil kesimpulan bahwa, setiap hari minggu pasti akan terjadi gempa besar dan di hari lainnya terjadi gempa kecil sampai sedang. Ternyata benar adanya, penulis pun merasakannya. Tidak tinggal diam penulis kontak langsung dengan teman-teman ORARI Lokal Malang Raya, untuk memberi info disini telah terjadi bencana gempa bumi yang sangat kuat goncangannya, khususnya di pulau Lombok bagian Utara. Sebagai anggota ORARI penulis wajib memberi info, ketika terjadi situasi gawat darurat. Ini sudah merupakan satu aturan bahwa ORARI, adalah cadangan Pemerintah dibidang Komunikasi. 

dokpri

Hari berikutnya penulis mendapat khabar ada bantuan finansial dari ORARI Lokal Malang Raya, untuk korban bencana Gempa di Lombok Timur. Dari hasil rembukan bersama teman-teman ORARI lokal Selong Lombok Timur, disepakati untuk langsung mendatangi lokasi gempa terparah sekaligus menyampaikan bantuan di daerah "Sambalia" dan sekitarnya wilayah Lombok Timur bagian utara. Penulis tak mampu untuk menceritakan lebih jauh, situasi yang ada di depan mata. Mengharu biru, memporak porandakan dan meluluh lantakan semua yang ada, rata dengan tanah." Untukmu saudaraku Do'a kami bersama-sama untukmu, untukmu, untukmu. Tangis kami pecah di dada " Wassalam.

 

Singosari, 14 Maret 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline