Lihat ke Halaman Asli

Junus Barathan.

Profesional.

Yang Nyaris Terlupakan

Diperbarui: 1 Februari 2019   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

healthynutritiontips.info

YANG NYARIS TERLUPAKAN

Oleh : Junus Barathan

Cerita rakyat adalah cerita zaman dahulu yang hidup dikalangan rakyat dan diwariskan secara turun temurun. Dalam perkembangannya, cerita rakyat tidak hanya diwariskan dengan lisan namun sudah banyak cerita rakyat yang dicetak berupa buku maupun media online. Ditinjau dari isi, cerita rakyat dapat digunakan sebagai media pembelajaran budi pekerti luhur. 

Tokoh-tokoh pada cerita rakyat mencerminkan dua sifat manusia yaitu, manusia yang berbudi luhur (tokoh putih) dan sebaliknya manusia yang tidak berbudi luhur (tokoh hitam). Menyampaikan kembali cerita rakyat pada anak-anak di jaman Now, dimaksudkan agar setelah mendengar atau membaca cerita cerita rakyat, anak-anak dapat membedakan antara sifat yang baik dan yang buruk.

Dalam perkembangannya, cerita rakyat yang bernilai moral dan budaya nusantara ini misalnya, Malin Kundang (Sumatera), Lutung Kasarung (Pasundan), Timun Mas (Jawa), Telaga Bidadari (Kalimantan), Sipenakluk Rajawali (Sulawesi) dan lain-lain, seakan tergeser seiring dengan perkembangan teknologi digital di era globalisasi ini. Anak-anak lebih menyenangi cerita-cerita kontemporer seperti Tom and Jerry, Doraemon, Crayon Shincan, Sponge Bobs, Power Rangers dan Ninja Hattori yang notabene bukan budaya Nusantara.  Ironisnya tetap ditayangkan dibeberapa stasiun televisi. Sudah jarang sekali kita melihat dan mendengar orang-orang tua bercerita tentang cerita-cerita rakyat yang sarat dengan pesan moral.

Sekarang ini anak-anak lebih akrab dengan layar kaca dari pada membaca buku-buku cerita rakyat atau legenda. Jika hal ini berlanjut, dampak yang kurang baik akan terjadi terhadap prilaku anak. Karena mereka  tidak mengenal lagi citra bangsa ini yang sejak dulu terkenal dengan adat ketimurannya, sopan santun, halus budi pekertinya, dan halus pula budi bahasanya. Celakanya anak-anak sekarang ini sering kali mendengar langsung kata-kata orang dewasa seperti : hoaxs, hujatan kebencian, penistaan dan caci maki. Padahal kelak mereka adalah penerus masa depan bangsa ini.

Peranan keluarga menjadi sangat penting untuk mengangkat kembali cerita-cerita rakyat sebagai sarana pembelajaran budi pekerti luhur dan pengenalan sejarah bangsa ini. Karena di dalam tatanan masyarakat, ada sejumlah nilai-nilai universal yang berlaku yang dapat di petik dari cerita-cerita rakyat. 

Cerita rakyat memiliki keterkaitan dengan gejala kehidupan yang melingkupinya antara lain persoalan sosial, politik, sejarah, moralitas tertentu dan kemanusiaan, sehingga cerita-cerita rakyat diyakini mampu menumbuhkan jiwa humanitis, jiwa yang halus, manusiawi dan berbudaya. Disaat kondisi bangsa yang kurang menguntungkan dewasa ini, ditandai dengan terus berlangsungnya pertentangan para elit politik, lunturnya kepercayaan rakyat terhadap pelaksanaan supremasi hukum, dan terkikisnya rasa tanggung jawab serta rasa hormat terhadap sesama, sehingga mengubah karakter bangsa yang tadinya sopan santun cendrung menjadi anarkis.

Oleh karena itu tidaklah berlebihan kini saatnya, kita sebagai orang tua dalam keluarga mari meluangkan waktu sejenak untuk menghidupkan dan memulai kembali bercerita tentang cerita-cerita rakyat kepada anak-anak kita, demi masa depan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline