Ada saja masalah kalau ngomongin perbaikan rumah. Mulai genteng bocorlah, tembok retaklah, cat kusamlah. Aduuuh..duuh.. gak bakalan ada selesainya. Sedangkan untuk mencari tukang bangunan yang cocok dengan keinginan Kami saja susahnya bukan main.
Kami punya pengalaman membangun rumah di perumahan. Setelah persiapan keuangan , mulailah mencari tukang bangunan langganan Kami.
Orang kampung memanggilnya Beguk. Orangnya saat ini berumur 65 tahun. Masih kuat dan tegas saat kerja di bangunan. Untuk memesan tenaganya Kami harus mengontaknya 2 bulan sebelumnya. Wilayah kerjanya desa sekitar bahkan ada yang di Malang kota. Tentunya dengan upah yang sesuai.
Bicara kualitas Beguk lah orangnya. Untuk pekerjaan perbaikan rumah, tenaga nya tak tergantikan di keluarga Kami.
"Harus Beguk tukangnya" kata istri.
Sejak anak Kami berumur 4 bulan , tenaganya sudah pernah Kami gunakan untuk memperbaiki ruang belakang dan dapur. Alhamdulillah hasilnya bagus. Ini ditunjukan dengan tidak adanya kebocoran , karat dan kayu yang dimakan rayap. Semuanya kokoh.
Hasil pekerjaan adalah alasan kuat untuk tetap menggunakan tenaganya. Untuk mengganti perannya dengan tukang lain yang lebih muda belum pernah Kami lakukan. Saat bekerja , Beguk dibantu tenaga satu tukang dan satu kuli bangunan yang masih merupakan saudara.
Untuk bekerja bangunan di keluarga Kami, sudah 2 tempat yang ditolaknya. Dalam bekerja, Beguk lebih suka menyelesaikan satu pekerjaan besar lebih dulu. Menurutnya , ada lebih dari satu pekerjaan besar membuatnya tidak fokus. Apalagi mereka memang dibayar untuk menjaga kualitas bangunan yang digarapnya.
Untuk pekerjaan kecil sekitar rumah seperti pasang plavon, pasang keramik tetangga masih diterima dan dikerjakan pada sore hari mulai magrib sampai dengan jam sebelas malam.
Ini 4 alasan kenapa tenaga tukang bangunan tak tergantikan oleh tukang lainnya: