Lihat ke Halaman Asli

Noer Ima Kaltsum

Guru Privat

Wedang Jeruk Nipis-Kencur

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Wedang Jeruk Nipis-Kencur

Bagi sebagian masyarakat minuman tradisional sangat membantu untuk menjaga stamina. Selain mengkonsumsi minuman tradisional/herbal sebagai usaha preventif, terbukti herbal dapat digunakan untuk obat. Obat tradisional, sekarang banyak yang menyebut sebagai obat herbal. Kebanyakan dari mereka menggunakan obat herbal dengan alasan efek sampingnya jauh lebih kecil (bila dosisnya tepat) dibandingkan obat kimia.

Bila di musim penghujan ada minuman tradisional yang bersifat menghangatkan. Misalnya wedang jahe dan wedang uwuh. Pada musin kemarau/panas atau pancaroba kita memerlukan minuman tradisinal yang bisa membantu menjaga kekebalan tubuh. Memasuki musim kemarau ada beberapa penyakit mudah hinggap di tubuh kita. Flu, pilek, batuk dan daya tubuh tiba-tiba menurun adalah penyakit ringan yang bisa menyerang siapa saja.

Dalam keadaan sehat kita sering mengkonsumsi wedang jeruk sebagai minuman yang menyegarkan. Selain itu di warung-warung makan juga tersedia minuman beras kencur dan kunyit asam.  Ternyata penggemar dua minuman terakhir ini tidak perlu mencari pada penjual jamu gendong.

Kita telah mengetahui bahwa khasiat jeruk nipis bila dicampur kecap/madu bisa untuk meredakan batuk. Jeruk nipis dan madu juga bisa digunakan untuk mengusir flu. Dahulu ketika masih kecil saya sering mengunyah sedikit kencur dan garam. Kata nenek agar suara kita tidak serak. Tenggorokan kita tidak gatal.

Beberapa waktu yang lalu, saya dibawakan oleh-oleh suami. Tidak terlalu mewah dan muluk-muluk. Maklumlah, suami tidak dari bepergian dalam acara piknik. Suami biasa latih tanding/persahabatan badminton. Kebetulan saya biasa jaga pintu alias pembuka pintu pada malam hari.

“Mi, wedang jeruk.”

“Ayah ki piye, to? Di rumah bisa buat wedang jeruk sendiri kok beli. Mbok jangan boros-boros.”

“Ditraktir kanca badminton. Ini beda lo, tidak wedang jeruk biasa. Wedang jeruk nipis-kencur.”

“Sami mawon.”

Saya tidak menyentuh oleh-oleh dari suami. Saya biarkan bungkusan plastik itu.  Pagi harinya saya sudah melupakan wedang jeruk oleh-oleh suami. Pulang dari mengajar siang harinya, saya merasa sayang untuk membuang wedang jeruk itu. Akhirnya, saya membungkusnya untuk saya buat es kucir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline