Lihat ke Halaman Asli

Noer Ima Kaltsum

Guru Privat

Langit Kemerahan

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1425649782366222336

[caption id="attachment_371763" align="aligncenter" width="150" caption="Gambar 1. Langit Kemerahan"][/caption]

Langit kemerahan, itulah dua kata yang selalu menggetarkan hatiku.

Apalagi bila yang mengucapkan kedua anakku.

Kata-kata itu bukan dihapalkan melalui lisan.

Mereka mengucapkan langit kemerahan karena benar-benar melihatnya.

Nok biasa memotret alam yang begitu menakjubkan di kala senja.

San terbiasa melihat dan merasakan suasana senja kalau kakaknya memotret alam.

Sekarang keduanya akrab dengan senja.

Akrab dengan langit kemerahan atau mentari yang perlahan tenggelam.

Langit kemerahan, dahsyatnya suasana itu pertama kali aku rasakan

ketika aku duduk di bangku SMA.

Menghabiskan sore di sawah

dan menunggu matahari meninggalkan siang

hari ini sepanjang siang sampai malam mendung dengan sedikit hujan

melalui rintiknya kuungkap syukur

alhamdulillah, meski mentari tak menyapa kala siang

aku tak pernah menyesal

kala senja menunggu sang surya tenggelam

waktu itu kelas 1-3 sma

kini semua itu ada makna

di balik langit kemerahan terdapat sejuta cerita

untuk buah hati yang juga suka

kegirangan melihat langit kemerahan di depan rumah

tanpa halangan

Karanganyar, 6 Maret 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline