Kasus kekerasan, pelecehan seksual, tawuran, dan masih banyak lagi yang dilakukan oleh anak (teruatama kelompok pelajar) di Indonesia sudah melampaui batas kewajaran.
Ketika satu kasus terjadi, maka media kita akan heboh dengan pembahasan dari berbagai sudut pandang terkait, termasuk pakar pendidikan dan perlindungan anak, bahkan sampai ke pasar-pasar turut memberikan suara dan pandangan.
Namun sayangnya, setelah rame kondisi akan kembali tenang seolah-olah tidak ada yang terjadi, hingga tidak lama berselang muncul lagi kasus baru dan rame lagi perbincangannya.
Begitu seterusnya polemik ini kita amati dari waktu ke waktu. Namun demikian, alih-alih kasus kekerasan yang dilakukan oleh pelajar dan generasi muda ini berkurang, malah semakin meningkat dengan tingkat kesadisan yang lebih mengerikan.
Maraknya kekerasan yang dilakukan oleh anak, baik itu ke teman se usia, kepada orang tua, dalam masyarakat, bahkan sampai menganiaya guru sekolah mereka sampai tewas ini membuat kita kaget pastinya dan spontan berucap, "duh kok bisa ya?".
Tapi ya begitulah kenyataan yang sedang terjadi. Pelajar tawuran membawa senjata tajam dan dengan beringas menghabisi lawannya tanpa ampun sampai kehilangan nyawa.
Para ahli yang senantiasa menyuarakan keresahan mereka melalui berbagai platform media sepakat bahwa krisis multidimensional yang mendera generasi muda ini menuntut kita untuk melihat kembali ke pangkal pokok permasalahan yang disinyalir sebagai awal penyebab krisis sosial ini terjadi.
Menariknya, kunci persoalan tersebut secara vokal dan kompak seluruh elemen bangsa melemparkannya kepada institusi keluarga sebagai organ vital, sebagai benteng utama yang bertanggung jawab atas "matangnya" individu yang bernama anak secara utuh sebelum dilepas ke ranah sosial...
Nah, dari narasi tersebut kita pahamkan..? Betapa vitalnya peran rumah tangga dalam mempersiapkan generasi yang "sempurna" meski kesempuranaan itu hanya milik sang pemilik hidup..!
Akan tetapi, meski kesadaran seluruh elemen bangsa akan peran keluarga ini begitu nyata, mari kita lihat secara real bagaimana pandangan dan sikap semua elemen tersebut terhadap hal-hal yang berbau rumah tangga/keluarga ini.