Masa keemasan tambang telah usai. Kalimantan Timur yang mengandalkan pendapatan tambang melalui sistem bagi hasil dengan pusat merasakan neraka pada 2016 silam. Dana bagi hasil yang menjadi andalan tambahan pendapatan tiba-tiba turun drastis. Dampaknya dirasakan seluruh daerah. Kutai Kartanegara yang biasa mengelola anggaran hingga Rp 6 triliun dipaksa berhemat dengan dana Rp 2 triliun lebih.
Siapapun yang nanti memimpin Kalimantan Timur punya pekerjaan besar. Daerah ini harus mulai mencari ceruk ekonomi yang lain. Pertambangan tak benar-benar membuat masyarakat sejahtera. Ini adalah pekerjaan rumah besar.
Calon Wakil Gubernur Kaltim Awang Ferdian Hidayat punya solusi melepaskan ketergantungan Kaltim dari sektor pertambangan. Selama ini, Kaltim terbiasa bersikap sebagai daerah penghasil. Sehingga, lupa untuk menawarkan potensi lainnya. Dibutuhkan koneksi kuat dengan pusat. Pengalamannya di Senayan menjadi modal sagat berharga untuk bergerak. Ada banyak yang bisa dikerjakan.
Dari delapan bakal calon gubernur dan wakil gubernur, Ferdian adalah yang termuda. Bulan ini dia genap berumur 43 tahun. Namun, pengalamannya mengalahkan usia. Ferdian mengikuti jejak sang ayah di dunia politik. Dia memiliki gagasan-gagasan segar untuk membangun Kaltim.
Kaltim, kata Ferdian, tidak boleh lagi terbuai dengan industri pertambangan. Industri emas hitam tidak akan serenyah dulu. Harus ada terobosan besar untuk menggantikan pendapatan di sektor tersebut. Dia bersama dengan Syaharie Jaang sudah menyusun langkah-langkah memajukan sektor lainnya. Pertanian bisa dilirik. Perkebunan juga masih sangat menggoda untuk dikembangkan.
Untuk pertanian, Kutai Kartanegara dan Kutai Timur bisa menjadi percontohan. Kawasan Hulu Mahakam bisa menjadi pengembangan pertanian. Lahannya subur. Tinggal bagaimana langkah untuk memajukan transportasi. Infrastruktur ditingkatkan. Dia akan melanjutkan program pembangunan jalan hingga tembus ke kawasan terpelosok di Kaltim.
Di sektor perkebunan. Ada banyak investor yang siap datang dan menanamkan uang. Saat ini, ada satu juta hektare lebih lahan sawit di Kaltim. Dengan lahan seluas itu, pemerintah bisa mendorong investor untuk membangun pabrik pengolahan.
Ferdian haqqul yakin kalau dua sektor itu dikembangkan, Kaltim bisa melepaskan diri dari ketakutan pasca runtuhnya sektor pertambangan. Industri pertambangan masih akan tetap berjalan. Namun, Kaltim juga harus menyiapkan diri agar tak terlalu limbung ketika emas hitam tak lagi seharga emas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H