Ada seorang guru honorer sekaligus konten kreator yang biasa di sapa Guru Gembul, yang menarik perhatian saya, Kenapa? Karena di salah satu episode podcast YouTube channel nya Bennix, ia bilang kalau pendapatan AdSense-nya dalam sebulan dari YouTube sama dengan gaji sepuluh tahun sebagai guru honorer. Bayangin, sepuluh tahun!
Pernyataan Guru Gembul ini membuat saya kaget. Gimana nggak kaget, Gaji sebulan dari AdSense bisa setara sama gaji guru honorer selama satu dekade. Kebayang kan betapa kecilnya gaji yang mereka terima? Yuk, kita bahas lebih dalam, biar tahu betapa mirisnya kondisi guru honorer di Indonesia.
Gaji guru honorer di Indonesia itu, bisa dibilang, jauh dari kata cukup. Banyak yang hanya digaji antara Rp300 ribu hingga Rp1 juta per bulan. Ya, ini sudah menjadi rahasia umum, semua orang juga tau kok. Padahal nih ya, mereka tetap mengajar, mempersiapkan materi, dan mendidik anak-anak dengan penuh tanggung jawab.
Para guru honorer ini sebenarnya punya pengabdian luar biasa. Mereka tetap menjalankan tugas meskipun sering harus bertahan hidup dengan gaji yang bahkan mungkin kurang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Buanyak dari mereka yang bahkan harus kerja sampingan atau cari usaha lain di luar sekolah agar bisa menutup kebutuhan keluarga.
Jadi, dengan gaji segitu, nggak heran banyak guru honorer yang terpaksa kreatif untuk cari tambahan pendapatan. Termasuk salah satunya Guru Gembul, hehe. Bayangin, Guru Gembul bisa mendapat gaji sepuluh tahun dari YouTube dalam waktu sebulan. Dari sini, semakin keliatan kan, betapa kecilnya apresiasi finansial yang diterima guru honorer di negeri ini?
Nah, sekarang kita masuk ke poin yang membuat kita berpikir keras. Guru Gembul bisa mendapat penghasilan yang jauh lebih besar dari AdSense YouTube ketimbang gajinya sebagai guru honorer. Sebulan dari YouTube, penghasilannya setara dengan sepuluh tahun kerja di sekolah sebagai guru honorer. Luar biasa ya!
Platform media sosial seperti YouTube memang membuka peluang baru untuk guru-guru yang ingin mendapat tambahan penghasilan. Di sana, mereka tidak hanya sekedar mendapat cuan, tapi juga punya kesempatan untuk mengeksplor kreativitas. Mereka bisa membuat konten edukasi yang keren, berbagi ilmu, bahkan membangun komunitas belajar yang seru. Plus, kalau konten mereka bagus dan kebetulan viral, itu bisa ditonton jutaan orang. Kalau sudah viral dan ditonton jutaan orang, pasti cuan dong!
Nah, di sini keliatan banget kontrasnya. Sebagai guru honorer, kerja kerasnya di sekolah dihargai jauh lebih rendah dibandingkan ketika dia bikin konten di YouTube. Ini miris banget, karena pendidikan seharusnya jadi profesi yang dihargai tinggi. Tapi, kenyataannya, pendapatan besar justru datang dari pekerjaan sampingannya, bukan dari upah sebagai pendidik yang merupakan profesi utamanya.
Di Indonesia, profesi guru sering kali dianggap sebagai bentuk pengabdian. Kenapa? Karena gajinya yang rendah, terutama untuk guru honorer. Mereka bekerja keras mendidik generasi masa depan, tapi upah yang diterima kadang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka dari itu, tidak sedikit guru yang akhirnya cari pekerjaan sampingan untuk mendapati kehidupan yang layak.