Sebagai seorang seniman, seperti penulis, penyair, pelukis, dan lain sebagainya, pasti selalu memikirkan ide sebelum mereka mengeksekusinya ke dalam sebuah karya.
Sebagian seniman pasti ada yang merokok, iya kan? dan ketika mereka merokok, mereka seringkali menikmati rokok ditambah dengan segelas kopi.
Saya memiliki seorang teman yang merupakan seorang pelukis, dan kebetulan dia juga perokok.
Dia seorang perokok berat, bahkan bisa menghabiskan dua bungkus rokok atau bahkan lebih dalam sehari.
Pernah saya bertanya dengan nya "Pak ngerokoknya kuat banget ya!" Kemudian ia menjawab, "Iya nih, lagi cari inspirasi biar dapet ide." Seperti itu katanya.
Lalu saya bertanya lagi, "Sehari bisa abis berapa batang pak?" . Ia menjawab lagi, " Bisa abis dua bungkus, kadang-kadang suka lebih, itupun suka masih buntu belum nemu ide." Jawabannya seperti itu.
Saya membalas jawabannya lagi dengan nada yang panjang, "Ooohhh Gitu".
Memang benar bahwa untuk mendapatkan ide dan inspirasi, kita dapat melakukannya dengan cara apa pun, salah satunya dengan merokok sambil ditemani segelas kopi.
Yang menjadi permasalahan di sini adalah ketika otak sudah tidak produktif lagi dan sulit untuk mendapatkan ide atau inspirasi, apakah harus dipaksa?
Jawaban dari beberapa orang, termasuk para seniman, mungkin beragam. Ada yang berpendapat bahwa ketika otak sulit menghasilkan ide, maka harus dipaksa. Namun ada juga yang berpendapat bahwa sebaiknya otak diistirahatkan karena saat itu otak sedang tidak produktif. Kedua jawaban ini bisa menjadi pilihan tergantung pada keadaan dan preferensi masing-masing individu.