Ini kedua kalinya saya harus dirawat inap di RSUD Cibabat, Cimahi, setelah rawat inap yang pertama di bulan Juli. Tadinya saya tidak mau lagi dibawa ke rumah sakit namun saat itu sangat mendesak karena kondisi badan yang ngedrop saat tarikan nafas berat dan sesak dan akhirnya saya menyerah saat dibawa kesana, langsung menuju IGD dan ditangani dengan cepat oleh perawat dan dokter.
Ada rasa bersalah saat saya harus kembali menggunakan fasilitas BPJS di rumkit. Kenapa? Saya banyak membaca dan mendengar bahwa pembayaran BPJS ke rumkit banyak yang tertunggak. Andai saja saya memiliki kelebihan finansial mungkin saya lebih baik bayar secara cash untuk biaya rumkit.
Pada hari kedua saya dipindah ke ruang ICU untuk mendapat perawatan yang lebih intensif. Sungguh luar biasa pelayanan rumkit sangat bagus karena mereka tidak membedakan mana pasien umum dan mana yang memakai fasilitas BPJS.
Bagi mereka semua pasien harus dirawat dengan baik, bahkan setiap pagi semua pasien diseka/dibersihkan tubuhnya. Ada yang membuat saya terkesan saat di ruang ICU, seorang perawat laki-laki yang dipanggil "abang", beliau ramah dan perhatian dengan bertanya saat ada pasien yang terbangun di tengah malam dan juga sayup-sayup beliau membaca Al-Quran dengan merdunya saat dini hari, rasanya ademmm banget.
Satu hal yang saya perhatikan Abang ini orangnya care terhadap teman sejawatnya yang kebetulan saat shift malam rekan-rekannya perempuan semua.
Pada hari keempat akhirnya saya bisa dipindahkan ke ruang rawat biasa dan sayapun memilih naik kelas ke ruang VIP. Ruangannya cukup nyaman dengan fasilitas-fasilitas penunjangnya sehingga membuat pasien dan keluarganya tenang.
Di ruangan ini ada seorang perawat yang perhatian, karena beliau mau menyeka tubuh pasien. Tadinya saya menyeka tubuh sendiri karena waktu dirawat bulan kemarin juga tidak ada suster yang menyeka. Eh ternyata suster baik tersebut (sayang saya lupa nama beliau) mengatakan kalau itu adalah tugasnya sehingga besok lusa biar perawat yang membersihkan tubuh pasien.
Akhirnya keesokan hari dan lusanya sayapun diseka oleh perawat cantik tersebut. Pada hari kelima di ruang rawat, saya tidak menyeka lagi sendiri karena ingat kata suster kemarin jangan menyeka sendiri. Pada pagi itu saya tunggu ternyata tidak ada perawat yang datang untuk menyeka padahal di kamar hanya saya sendiri karena kebetulan suami pulang dulu ke rumah.
Wah... kalau tahu tidak ada yang akan menyeka tubuh, mungkin saya seka sendiri dari tadi subuh. Ya sudahlah akhirnya saya tetap tiduran walau badan terasa tidak nyaman pagi itu karena saya pake kateter sehingga tidak bisa turun ranjang untuk mengambil air.
Mungkin satu pertanyaan tersembul dalam hati, apakah SOP untuk perawat sama atau tidak, karena ada perawat yang mengatakan bahwa menyeka tubuh pasien adalah bagian dari tugasnya, tapi ada juga yang tidak.
Pada hari keenam di ruang rawat atau tepatnya hari ke 9 sayapun diperbolehkan pulang, betapa leganya hati ini karena saya terbebas dari kateter dan jarum infus dan sayapun bisa ke kamar mandi sendiri.