Tantangan utama bagi seorang guru saat ini dalam membentuk ada dan akhlak kepada siswa adalah membiasakan mereka dalam mengucapkan kata-kata baik dan santun sebagai respon di dalam pergaulannya. Saat ini sangat sulit sekai untuk menemukan anak-anak yang bersikap dan berkata santun. Kalaupun ada hanya sebagian dan segelintir saja jumlahnya.
Hanya karena mengikuti trend yang ada dilingkungan dan media sosial mereka dengan mudahnya terpengaruh dan mengucapkan kata-kata yang sebenarnya tidak pantas untuk diucapkan, bahkan tabu dan cenderung kasar. Kata-kata kasar ini malah dianggap biasa dan jadi bahan tertawaan atau hiburan bahkan kebanggaan. Sungguh miris bagi kita sebagai pendidik yang mendengarnya.
Di sekolah tempat saya mengajar saja, sudah sering diperingatkan agar selalu memperhatikan ucapan yang dikeluarkan agar tidak menimbulkan salah paham. Namun jika dilingkungan rumah ataupun sekolah ternyata masih banyak anak-anak yang berucap tidak santun.
Dan akibatnya, virus buruk ini mudah sekali menular kepada yang lainnya. Pada akhirnya kita sebagai guru harus mengulang lagi mengajarkan dan mengingatkan hal-hal baik yang perlu dilakukan. Bahkan, diperingatkan berulang-ulang terkadang mereka cenderung melakukannya secara sembunyi-sembunyi saat berinteraksi bersama.
Kata-kata popular yang kurang pantas diucapkan itu adalah kata-kata seperti "anjing", "anjay" sebagai plesetannya, dan "anjir". Tetapi masih banyak lagi yng lainnya termasuk juga intonasi dan saat mengucapkannya yang tanpa mengenal tempat.
Belum lagi hal lainnya yang bisa saja terjadi dengan tiba-tiba. Di rumah misalnya, tentu kita sudah mengajarkan untuk bermain dengan permainan yang mendidik dan kreatif. Namun tiba-tiba menangis agar dibelikan permainan/ game seperti yang dimiliki oleh teman-temannya.
Sebagai orang tua tentunya kita akan selalu selektif dalam memilihkan permainan yang kreatif yang tidak akan mengganggu pola perilaku dan akhlak mereka kedepannya. Di rumah kita juga tentu mengajarkan supaya anak-anak dapat menghafal Al quran serta hadist dengan baik.
Namun ketika mereka pulang ke rumah setelah bermain bersama teman-temannya dilingkungan dan membawa kesukaan untuk bernyanyi. Tentu ini juga akan menjadi pekerjaan rumah yang tidak mudah bagi ayah bunda selaku orang tua untuk menjaga mereka dari pengaruh lingkungan luar.
Apakah ayah-bunda juga sering mengalami kasus seperti ini? Mulai dari sikap ananda akan ketidak nyamanan dengan fasilitas dari orang tua, meminta ini dan itu kepada ayah-bunda, menunjukkan sikap kurang berkenan sesuai aturan ayah bunda, dan lain sebagainya?
Selain meningkatkan rasa disiplin dan menerapkan aturan dengan tepat kepada anak, penting juga kiranya ayah bunda selaku orang tua untuk muhasabah diri. Apakah ayah dan bunda juga dahulunya adalah salah satu pelaku dari anak yang suka rewel karena ingin mengikuti trend kehidupan di lingkungan?