Lihat ke Halaman Asli

Noenky Nurhayati

TERVERIFIKASI

Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Memaknai Sikap Diam, Kapan Harus Dilakukan?

Diperbarui: 10 Juli 2024   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

noenky pribadi

Akhir-akhir ini saya sering memilih sikap diam. Bukan karena ingin menunjukkan sikap wibawa, elegan atau karena sedang memiliki permasalahan. Tetapi sedang ingin menahan diri saja agar tidak bersikap berlebihan. Apalagi sekarang sudah semakin berusia, rasanya memang sudah seharusnya lebih banyak menahan diri dan lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri.  

Sebenarnya ada banyak hal positif yang bisa diperoleh ketika kita diam. Seperti hal nya pepatah yang mengatakan "diam itu emas", orang-orang yang memaknai kata -- kata bijak ini tujuannya adalah agar tidak mudah bersyakwasangka pada orang-orang yang ada disekitarnya.  

Orang pendiam biasanya akan diberi stigma sebagai orang yang kurang bersemangat dalam menjalani kehidupan, tidak memiliki spirit yang baik, gairah ataupun motivasi dalam hidup hingga dianggap sebagai orang yang tidak punya pendirian sekaligus bodoh. Padahal tidaklah demikian, orang yang pendiam adalah orang yang lebih mampu mengukur dirinya sendirinya karena mampu bersikap hati-hati dalam ucapan agar tidak menyakiti orang lain. Jadi tidak ada salahnya untuk bersikap diam. 

Selain itu, sikap diam bisa memberikan ruang pada diri kita sendiri agar bisa lebih banyak 'mendengar' untuk orang lain atau lingkungan sekitar. Memilih untuk bersikap diam juga terkadang perlu dilakukan agar suasana tidak semakin runyam. Seperti yang kita pahami bersama, bahwa ada beberapa kondisi yang bisa membuat kita berbicara ataupun diam demi kebaikan. Dalam hal ini terkadang diam justru bisa menimbulkan banyak kebaikan daripada berbicara banyak namun tak berarti apapun.

Lalu kapan kita harus memilih sikap diam? Berikut adalah beberapa situasi kapan kita harus memilih sikap diam.

1. Diamlah. Ketika kata-katamu hanya akan menyakti orang lain.

Lidah itu tajam kata orang tua zaman dahulu. Dan rasanya ini masih berlaku hingga kini. Alih-alih kita berbicara, namun kata-kata yang diucapkan hanya berisi hal buruk atau negatif, maka lebih baik kita diam. Ketika berada pada kondisi yang kurang memungkinkan, misalnya saja ketika kita harus berbicara yang malah berdampak buruk pada diri sendiri ataupun orang lain. Sehingga memilih untuk tetap diam atau istilahnya diam itu emas, dapat kita lakukan. Terkadang lebih baik diam daripada kita harus menjelaskan apa yang dirasa, karena menyakitkan ketika faktanya orang lain hanya bisa mendengar saja, namun tak bisa merasakan apa yang kita rasa.

2. Diamlah. Ketika waktunya kita harus mendengarkan

Ada kalanya kita harus lebih banyak mendengarkan daripada berbicara yang banyak. Kita seringkali menganggap bahwa untuk berkomunikasi dengan baik, kita harus terus bicara. Padahal ini adalah anggapan yang salah. Mendengarkan juga merupakan bagian penting dari berkomunikasi. Ketika ada orang yang sedang berbicara kepada kita, hal yang perlu kita lakukan adalah mendengarkannya dengan baik atau menyimaknya. Terkadang, diam merupakan cara terbaik yang bisa kita lakukan dan perlihatkan untuk menunjukkan bahwa kita benar-benar memperhatikan dan memahami orang tersebut

3. Diamlah. Ketika kamu tidak memiliki banyak alasan, argumen, atau fakta-fakta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline