Lihat ke Halaman Asli

Noenky Nurhayati

TERVERIFIKASI

Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Menghadapi Anak yang Sok Kuasa

Diperbarui: 20 Maret 2024   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (Shutterstock via KOMPAS.com)

Saat sedang bermain di waktu istirahat, tiba-tiba Davin, salah satu siswa TK A berteriak "Kamu tidak boleh datang ke pesta ulang tahunku!" katanya dengan ketus dan keras kepada temannya. Bukan hanya sekali atau dua kali Davin bersikap seperti ini. Pernah juga ia mencoba menguasai mainan dan tidak membolehkan satu orang pun untuk memainkannya.

Davin sebenarnya anak yang manis. Namun dia senang menunjukkan kekuatan dirinya dan bertindak egois.

Sejatinya kita selalu berharap untuk menghadapi anak-anak yang polos dan lucu serta menyenangkan.

Namun jika bertemu dengan anak-anak yang egois dan sok berkuasa tak urung kadang membuat jengkel gurunya juga di sekolah. Karena anak yang bersikap pongah, suka mengatur yang lain, mau menang sendiri dan berkuasa bisa menimbulkan kesalahpahaman terutama dengan teman-temannya dikelas atau sekolah yang pada umumnya juga anak-anak masih bersikap sama-sama egois.

Namun jika dibiarkan tentu saja hal ini tidak baik. Bisa jadi dia akan memperlakukan orang lain secara tidak pantas tanpa disadarinya karena sudah terbiasa bertindak semaunya dan sok berkuasa. Dan ini akan berujung pada tindakan bullying bila dibiarkan begitu saja.

Sebagai orangtua dan guru, kita perlu memahami mengapa anak-anak bertindak sok kuasa. Anak-anak bertindak dan bersikap sok kuasa disebabkan oleh berbagai faktor dan alasan tertentu, di antaranya adalah:

1. Mereka mendambakan pilihan

Orangtua kadang tanpa menyadarinya, lebih sering memberi mandat pada salah satu anak saja di rumah. Hal ini membuat anak tersebut merasa sok kuasa untuk mengatur yang lainnya. Sikapnya pun jadi lebih dominan.

Kadang urutan kelahiran juga bisa menjadi penyebab meski ini tidak selalu terjadi. Karena diberikan special privilege, lalu dia menganggap bahwa ia dapat mengatur apa saja yang ia mau. Faktor fisik yang lebih besar juga bisa mendorong anak bersikap sok kuasa dan merasa dominan dari yang lainnya.

2. Mereka mencari otonomi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline