Lihat ke Halaman Asli

Noenky Nurhayati

TERVERIFIKASI

Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Kesalahan Orang Tua saat Menerapkan Aturan dan Batasan pada Anak

Diperbarui: 14 September 2023   10:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

noenky pribadi

 Sering kali dalam setiap konsultasi bersama orang tua siswa, diskusi tentang apa yang sebaiknya dilakukan dan sering dilakukan oleh orang tua namun sebenarnya tidak memberikan dampak disiplin yang baik muncul. Dalam menanggapi hal ini, orang tua atau ayah-bunda kadang kala belum bisa memberikan batasan yang jelas bagaimana menghadapi anak-anak di rumah.

Menggerutu dan omelan panjang kepada anak-anak di rumah atau ananda bukanlah hal yang efektif untuk memberikan batasan kepada mereka. Namun ini yang sering kali dilakukan oleh ayah-bunda. Anak-anak tidak akan mendengarkan kalimat panjang yang kita sampaikan kepadanya. Apalagi saat mereka pun berharap untuk didengar dan dikabulkan keinginannya. Hal inilah yang seharusnya dipahami oleh ayah-bunda.

Menerapkan apa yang harus dan tidak harus atau batasan kepada anak memang tidaklah mudah terutama ketika kita mencoba mengatur segala sesuatunya dan secara bersamaan anak-anak sedang kehilangan kendali. Saat itu justru yang terjadi adalah keinginan untuk saling dipenuhi apa yang menjadi tuntutan baik ayah-bunda maupun ananda yang berujung pada saling bersahutan dalam nada yang semakin meninggi.

Berikut adalah pengingat singkat tentang kesalahan yang dapat di lakukan oleh ayah-bunda dengan mudah di saat yang panas. Ayah -bunda dapat mencoba menelaah uraian berikut ini yang sering ayah-bunda lakukan untuk tidak dilakukan lagi nantinya.

1. Menanyakan apakah ananda menginginkan hukuman vs. Menerapkan batasan

Tampaknya ayah-bunda masih menganggap bahwa memberikan pilihan kepada ananda adalah jalan penyelesaian masalah. Alih-alih memberikan batasan agar ananda mengikuti apa yang ingin ananda lakukan untuk ayah-bunda, malah ayah-bunda memberikan ultimatum kepada ananda. Hal ini wajar saja ayah-bunda lakukan, karena dipicu ketika ayah-bunda merasa ananda tidak mau bekerja sama atau melanggar batasan yang telah ayah-bunda buat. Tapi bertanya, "Apakah kamu ingin waktu istirahat? Apakah mau kehilangan waktu menonton TV hari ini?"

Kalimat yang cenderung seperti mengecam dan mengancam ananda di atas (mungkin bahasanya akan lebih informal lagi pada kalimat di atas) tidaklah memberi perubahan agar ananda memahami batasan yang ingin ayah-bunda harapkan kepada ananda untuk dilakukan. Alih-alih dapat menerapkan batasan kepada ananda, sekali lagi ayah-bunda hanya akan membuat ananda tidak memahami apa yang seharusnya dilakukan sesuai harapan ayah-bunda dan justru mendorong kita mundur. Sebaliknya, fokuslah pada apa yang Anda ingin ananda LAKUKAN atau beri mereka pilihan yang jelas tentang apa yang BISA mereka lakukan. Saya pribadi lebih sering mengajukan 2 pilihan kepada ananda di mana satu pilihan adalah hal yang (mungkin) tidak akan ananda lakukan dan yang satunya merupakan hal yang ingin ananda lakukan sesuai harapan.

Untuk hal ini ada 3 hal yang mungkin ayah-bunda bisa jadikan acuan mengenai pilihan / opsi yang jelas terdengar untuk ananda seperti:

a. Ketika memerlukan perhatian : "Ayah/ bunda tidak bisa bermain sekarang. kamu bisa menemani ayah/ bunda mencuci (piring) atau menunggu sampai ayah/ bunda selesai".

b. ketika ananda tidak bisa diam dan berlarian di dalam rumah : "Kakak/ adik terlalu berisik loh kalau lari-lari begitu kan adek bayi sedang tidur. Kakak/ adik bisa main game di luar saja ya atau main yang lain".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline