Lihat ke Halaman Asli

Am Arhat

Penikmat Buku

Agus dan Perjudian SBY?

Diperbarui: 16 Oktober 2016   17:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: tribunnews.com

Kehadira Agus dalam bursa  Pilgub DKI sangat disayangkan banyak pihak, dianggap sinis oleh publik, komentar miring berdatangan bahkan tuduhan dialamtkan pada SBY mengorban karir  militer, bahkan dianggap memecah suara koalisi PKS-Gerindra. Pengamat politik  senior Ikrar Nusa Bakti menyebut  Agus sebagai anak ingusan tidak memiliki pengalaman politik apapun, sebagian pengamat mengatkan mantan komandan pangkostrad itu masih hijau dan tidak memiliki pengalaman sebagai komandio teritori sebagaimana banyak purnawirawan sukses sebagai pejabat publik

Agus ini orang nekat, ibaratnya ia meninggalkan zona nyaman dan mencari tantangan baru di rimba politik yg serba tak pasti, bisa jadi terhempas dan tidak mendapatkan apa-apa. tahun depan suami Anisa Pohan itu akan mendapatkan promosi dari panglima TNI naik pangkat letkol dan mungkin 3-5 thn kedepan sebagai jendral bintang, mendapatkan mandat melanjutkan kuliah doktoral. Artinya karir cemerlang di militer telah berada dalam genggaman, Agus mempertaruhkan semuanya, memilih pensiun dini  memasuki babak baru sebagai politisi

Banyak yang menyesalakn sikap SBY meminta Agus masuk ke gelanggang politik, dari tukang ojek hingga panglima TNI juga menyayangkan karir cemerlang agus harus terhenti di pilkada DKI. Berbeda dengan banyak purnawiran, masuk di arena politik di masa pensiun, ketika karir mentok sehingga harus mencari dunia baru mengisi masa pension. Namun tekad Agus telah bulat meninggalkaan karir yang begitu menjanjikan dan memulai babak baru di Pilkada DKI, apakah langkah berani agus ini akan sukses??

Selangkah demi selangkah ‘perjudian’ SBY mulai membuahkan hasil, dari berbagai hasil survey yang dipublikasikan awal oktober mengejutkan banyak pihak, tampaknya anak mantan presiden keenam itu mulai mendaptkan tempat di hati masyarakat Jakarta, mampu bersaing dengan  Anies Baswedan-Sandiaga, hanya terpaut diangka dua persen dalam margin error +-4 persen. 

Jika dibandingkan dengan Anies dan Sandiaga yang sudah lama dikenal publik tentu mengejutkan, kedua tokoh yang didukung PKS dan Gerindra itu telah lebih dahulu berkiprah di kancah nasional. Artinya Agus masih memiliki potensi mengeruk ceruk suara di DKI, Agus belum memanaskan mesin tim dan belum memaksimalkan gagasan Jakarta untuk rakyat sebagai anti tesa terhadap Ahok, lulusan terbaik Akmil itu potensial meraup suara pada pemilih pemula dan perempuan.

SBY dikenal oleh banyak orang sebagai ahli strategi, tentu memiliki rencana besar untuk agus dan misi membesarkan partai demokrat sebagai tokoh baru yang mengangkat elektabilitas partai. Kenapa harus Agus, peraih cum laude dari nayang university itu memiliki semua prasyarat untuk menjadi politisi cemerlang, cerdas, pengalaman di dunia militer, muda dan tentunya pemilih Indonesia sedikit melodramatic sosok Agus yang ganteng menjadi kelebihan tersendiri. 

Democrat membutuhkan sosok baru yang bisa dijadikan magnet untuk partai pasca SBY, sosok Aguslah dinilai paling tepat untuk mendongkrak kejayaan democrat yang pernah menjadi partai pemenang Pemilu, apalgi jika Agus-Sylvi mampu memenangkan pertarungan di DKI pusat kekuasaan

Jika megawati sulit untuk melakukan alih generasi partai moncong putih ke generasi kedua ke Puan maupun ke Prananda karena begitu banyaknya tokoh senior dalam partai, berkali-kali Mega melakukan rotasi jabatan untuk Puan hingga menjadi Mengko tapi bagi publik Puan susah mengurus partai warisan Soekarno itu dan tentunya akan terjadi perlawanan dari tokoh senior. Berbeda dengan Agus akan dengan mudah terjadi aligenerasi dari SBY ke Agus jika sanggup menaklukkan Jakarta bersama Sylvi

Dengan memenangkan Agus di DKI sekaligus memudahkan ambisi partai demokrat sebagai partai pemenang Pemilu 2019 tentu syarat itu akan mudah diraih dengan munculnya magnet icon Agus Yudhoyono. Apalagi jika PDIP dan Golkar dipersepsikan oleh publik sebagai partai pro penguasa, maju-mundurnya partai akan ditentukan sejauh mana keberhasilan Jokowi-JK dalam memimpin hingga pemilu mendatang, jika publik mempersepsikan jokowi tidak berhasil dalam kepemimpinanya maka partai koalisi akan mendaptkan punishment setimpal dari rakyar. sementara Demokrat mudah mendaptkan skeuntungan sebagai partai diluar dari koalisi pemerintah, karena tidak terbebani oleh kinerja negative pemerintah




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline