Mucul Waras dihadirat, gemulai cantik merah menarik, diperebutkan untuk dimiliki dan akhirnya Waras naik gengsi sampai akhirnya muncul tabib yang menyatakan Waras tidak normal dan sang tabib membiarkan Waras keluar setelah didiagnosa oleh tabih, tetapi tiba-tiba Waras meloncat tinggi dan berwarna terang membara kesatu arah, menggelinding halus agar mudah ditangkap tetapi sayang, terang membara itu sangat panas, dia ditolak keras untuk kembali dan menggelinding kesana kemari tak tentu arah dan semakin liar karena teriakan penonton yang seolah ingin ikut tapi tidak punya tiket, ingin masuk tapi belum cukup dewasa, akhirnya penonton hanya berteriak liar agar merasa paling didengar.
Berkelananya Waras kesana kemari tanpa arah membuat dunia keWarasan geger sehingga terdengaar oleh padepokan utama dan segera memerintahkan pandito tepuk yang mengurusin keWarasan harus turun tangan, dan hanya sekali tepuk Waras ditangkap dan dimasukan kedalam bilik kecil agar mudah dilihat.
Sang pandito setiap hari mengamati kenapa Waras ini, jika dilihat kadang tersenyum kadang marah atau diam sampai akhirnya sang pandito kewalahan karena teriakan penonton makin sering didengar.
Dengan ijin padepokan maka pandito tepuk mengundang pandito garuk, pandito lambai dan pandito-pandito lain yang mumpuni untuk membantu melihat kondisi Waras yang ternyata semakin dilihat banyak pandito, semakin baik dan mejadi jelas dan Waras mulai kelihatan tenang dan mulai mau bicara banyak.
Setelah beberapa waktu dan dirasakan cukup tenang akhirnya Waras dilepaskan kembali dengan upacara pelepasan yang disaksikan oleh para petinggi atau paling tidak merasa petinggi.
Wajah Waras sudah tidak membara lagi, warna merahnya enak dilihat apalagi ketika dilepaskan dengan senyum pandito tepuk, dia berjalan lembut dan apik, pandito tepuk pun tersenyum dan puas.
Tetapi sayang rupanya penonton masih belum puas termasuk sebagian petinggi yang hadir, mereka tidak suka melihat Waras menjadi lembut dan mereka kembali berteriak saling keras, apalagi ketika mereka meminta Waras dikembalikan kerumah sang tabih untuk didiagnosa ulang.
Waras menjadi lebih cantik atau malahan liar tergantung penonton dan pandito tepuk tetap merasa bahwa Waras itu masih normal sementara sang tabib sudah mulai siap-siap.
Waras negeri ku, Waras bangsaku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H