Lihat ke Halaman Asli

Adhi Nugroho

Blogger | Author | Analyst

Tiga Promo Ramadan yang Sayang Dilewatkan

Diperbarui: 21 Maret 2024   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Promo Ramadan sayang untuk dilewatkan. Sumber: Pixabay/Skitterphoto.

Hawa nafsu yang dikekang selama Ramadan tampaknya tidak menyurutkan hasrat banyak orang untuk berbelanja. Justru sebaliknya, kebutuhan masyarakat sepanjang bulan puasa malah kian meningkat.

Kesimpulan tadi paling tidak bermuara dari tiga fakta. Pertama, peredaran uang kartal yang meningkat secara konsisten. Bank Indonesia (BI) selaku otoritas sistem pembayaran memprediksi kebutuhan uang kartal selama periode Ramadan dan Idulfitri tahun ini mencapai Rp197,6 triliun.

Jumlah itu meningkat dibanding 4,65% dibanding realisasi tahun 2023 yang tercatat sebesar Rp188,8 triliun. Jika ditarik lebih jauh, kebutuhan uang pada tahun 2023 tersebut juga lebih tinggi dibanding tahun 2022 sebesar Rp175,3 triliun.

Dalam keterangan persnya, BI mengatakan peningkatan kebutuhan uang kartal terutama dipicu oleh mobilitas masyarakat yang kian meningkat serta pertumbuhan ekonomi yang meningkat.

Kedua, tunjangan hari raya atau THR. Sejak 1994, aturan mengenai kewajiban pemberi kerja memberikan THR bagi pekerja mulai berlaku. Alasannya tidak lain dan tidak bukan ialah demi meningkatkan kesejahteraan barisan pekerja.

Ibarat durian runtuh, pada umumnya pekerja memanfaatkan THR untuk memenuhi kebutuhan. Mulai dari berinvestasi, tiket mudik lebaran, berbagi dengan handai taulan, berzakat, hingga membeli barang-barang impian.

Imbasnya mudah ditebak. Roda ekonomi selama Ramadan justru berputar lebih kencang ketimbang bulan-bulan lainnya. Pergerakan ekonomi Ramadan ini juga memberikan efek gulir ke berbagai sektor. Mulai dari barang kebutuhan pokok, jasa, transportasi, pariwisata, makanan dan minuman, hingga manufaktur.

Promo Ramadan

Ketiga, tradisi mudik lebaran. Bagi warga +62, merayakan hari kemenangan di kampung halaman sudah menjadi budaya. Kaya, miskin, tua, muda; semua melebur menjadi satu di tengah-tengah kehangatan bersama handai taulan.

Tradisi ini membawa dampak bagi perekonomian. Mobilitas masyarakat dari kota ke desa di waktu yang sama menimbulkan permintaan dan kebutuhan di sepanjang jalan. Warung dan pasar dadakan tumbuh bermunculan, berebut hati para pemudik yang tengah menempuh perjalanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline