Lihat ke Halaman Asli

Adhi Nugroho

Blogger | Author | Analyst

Menapaki Sejarah Masjid Raya Sabilal Muhtadin

Diperbarui: 8 April 2023   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masjid Raya Sabilal Muhtadin (sumber: dokumentasi pribadi).

Sejak dulu Kalimantan Selatan dikenal sebagai tempat berkumpulnya para ulama. Orang bilang, ulama Banjar. Selain tercermin dari mayoritas penduduknya yang beragama muslim, nilai-nilai religi yang ditanamkan oleh para ulama Banjar juga tersaji pada ragam masjid bersejarah yang bisa Anda temui di Tanah Banua.

Jika Anda tengah berwisata ke Kalimantan Selatan, salah satu masjid bersejarah yang gampang Anda jumpai adalah Masjid Raya Sabilal Muhtadin.

Saya bilang gampang karena lokasinya berada persis di jantung kota Banjarmasin. Tepatnya di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 1, Kelurahan Antasan Besar, Kecamatan Banjarmasin Tengah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Sejarah bercerita, masjid yang diresmikan sejak 1981 ini memang sengaja dibangun untuk menghormat jasa seorang ulama. Namanya Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari. Lahir tahun 1710 dan wafat tahun 1812. Sebelum dibangun, lokasi masjid ini berdiri adalah bekas tanas asrama tentara Pulau Tatas.

Pembangunannya cukup memakan waktu. Penancapan tiang pertama dilakukan oleh Soebardjo, Gubernur Kalimantan Selatan waktu itu, pada 10 November 1974. Jika dihitung-dihitung, kurang lebih tujuh tahun setelah tiang pancang ditanam, barulah masjid ini resmi digunakan.

Selasar menuju pintu utama (sumber: dokumentasi pribadi).

Perencanaannya jauh lebih lama dari itu. Cita-cita warga Kalimantan Selatan mendirikan masjid raya di tengah kota Banjarmasin sudah ada sejak lama. Bahkan peletakan batu pertamanya pun sudah dilakukan sejak tahun 1964. Tepatnya oleh H. Aberani Sulaiman (Gubernur Kalimantan Selatan) dan Amir Machmud (Pangdam X).

Hanya saja, prosesnya terhambat oleh banyak hal. Mulai dari meletusnya peristiwa G-30 S PKI, hingga mutasi beberapa pejabat penting dan tokoh penggagas pembangunan masjid.

Tapi, cita-cita itu tidak pernah padam. Kendati berjalan lambat, pembangunan masjid tetap berlanjut. Hingga tepat 31 Oktober 1979, masjid ini digunakan oleh umat muslim sebagai lokasi tempat ibadah dan aktivitas Iduladha. Dua tahun setelahnya, yakni 9 Februari 1981, barulah diresmikan oleh Presiden Soeharto.

Keunikan Arsitektur dan Multifungsi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline