"Kalau tidak kita ambil, pasti diambil negara lain. Kalau tidak kita tarik, pasti akan ditarik negara lain."
~ Presiden Joko Widodo saat meresmikan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Lesung di Pandeglang, Banten, 23 Februari 2015.
Optimisme warga Banten sontak membumbung tinggi saat Presiden menyampaikan pidatonya kala itu. Betapa tidak? Setelah 24 tahun tertunda, akhirnya pembangunan KEK pariwisata tersebut kembali dibuka.
Berjuta asa pun lahir dari sudut pantai berpasir putih ini. Pasalnya, Presiden memberikan janji akan melakukan berbagai langkah percepatan pembangunan di area seluas 1.500 Ha ini. Di antaranya adalah pemberian insentif fiskal dan kemudahan perizinan untuk menarik minat investor.
Tidak berhenti sampai di sana, rentetan rencana percepatan pembangunan infrastruktur penunjang juga turut diikrarkan. Ada hotel berkelas internasional, pelabuhan, pusat studi kemaritiman, taman hiburan, dan fasilitas olahraga air. Tidak kurang dari Rp 1,7 Triliun diinvestasikan untuk menyulap Tanjung Lesung menjadi kawasan pariwisata berkelas internasional.
Namun itu semua belumlah seberapa. Ada beberapa mahakarya lagi yang dinanti-nanti. Bukan hanya oleh warga Banten, namun juga seluruh penduduk Indonesia. Yaitu pembangunan Bandara Banten Selatan, Jalan Tol Panimbang-Serang (Panser), dan Jembatan Selat Sunda. Berbagai pengembang kelas kakap dirangkul agar agenda besar tersebut mampu diselesaikan dalam beberapa tahun mendatang.
Presiden berharap pembangunan KEK Tanjung Lesung dapat menghadirkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi perekonomian Banten dan nasional. Di atas kertas, hitung-hitungan ekonomi segera dirancang untuk menghitung dampak yang diciptakan. Hasilnya, pembangunan KEK pariwisata ini diproyeksikan setidaknya akan meningkatkan perekonomian nasional hingga Rp 26,4 Triliun serta menyerap tidak kurang dari 85.000 tenaga kerja.
Jangan Sampai Kembali Tertunda
Kini sudah tiga tahun berlalu sejak KEK Tanjung Lesung diresmikan. Namun, hingga saat ini pembangunannya belum berjalan sesuai harapan. Berbagai rintangan datang silih berganti. Setidaknya, ada dua faktor utama yang menjadi penghambat proses pembangunan KEK Tanjung Lesung.
Pertama, kurangnya promosi dalam skala besar. Hal ini diamini oleh para pengembang. Menurut mereka, publikasi yang dilakukan oleh pemerintah belumlah maksimal. Sehingga, investor yang digadang-gadang berdatangan layaknya semut mengerubungi gula, terlihat masih enggan. Ini yang menyebabkan aliran modal ke KEK Tanjung Lesung menjadi tersendat.
Kedua, kondisi ekonomi global yang masih diliputi ketidakpastian. Normalisasi ekonomi Amerika Serikat (AS) menyebabkan Dollar AS semakin perkasa, dan Rupiah semakin terpuruk. Belum lagi ketegangan perang dagang antara AS dan Tiongkok yang membuat jantung negara penonton ketar-ketir, termasuk Indonesia. Dua fenomena tadi, memicu pelebaran defisit transaksi berjalan hingga 3,37% Produk Domestik Bruto (PDB) pada kuartal III 2018.