Lihat ke Halaman Asli

Tercorengnya Kembali Dunia Spiritual oleh AA Gatot "Gagal Total" Brajamusti

Diperbarui: 2 September 2016   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Lagi, lagi, dan lagi, dunia spiritual kembali ternodai. Setelah sebelumnya Ustadz Hariri dengan kasus pelecehan seksual terhadap Cinta Penelope dan 'gaya koboy' nya saat berdakwah, lalu ustadz Guntur Bumi dengan kasus penipuan terhadap pasiennya, kini giliran 'guru spiritual' AA Gatot "Gagal Total" Brajamusti yang tampil untuk mencoreng dengan kasus narkobanya. 

Terjeratnya AA Gatot "Gagal Total" Brajamusti dalam kasus narkoba menambah rentetan panjang gagal nya para figur spiritual agamis dimata saya. Sangat wajar saya menyebut beliau AA Gatot "Gagal Total" Brajamusti, karena beliau memang gagal total dalam menjalankan amanah sebagai 'guru' spiritual. Sebagai orang yang dianggap 'guru' spiritual harusnya beliau menjadi contoh teladan bagi orang lain khususnya para muridnya, namun fakta yang ada beliau malah menjerumuskan salah satu muridnya yaitu Reza Artamevia untuk ikut terjerat dalam kasus narkoba. 

Miris memang ketika pertama kali mendengar kasus ini. Kenapa harus terjadi lagi kasus dimana menyeret orang-orang yang bergelar spiritual agamis. Mereka seharusnya menjadi contoh, teladan, panutan yang baik untuk masyarakat. Mereka sepatutnya menjaga sikap, mencerminkan pribadi yang baik yang pantas untuk dijadikan tuntunan, namun ini malah sebaliknya memberikan tuntunan yang negatif kepada masyarakat. Saya sadar mereka bukan nabi, para sahabat, atau para wali. Mereka hanya manusia biasa yang tak luput dari kesalahan, tetapi alangkah baiknya mereka seharusnya mampu menahan hawa nafsu lebih baik dari pada orang lain, karena mereka sudah mengemban amanah yang diberikan oleh masyarakat yaitu dipandang sebagai figurspiritual agamis.

Saya pribadi sebetulnya tidak terlalu kaget jika mendengar kasus para oknum tersebut, seperti yang sudah dijelaskan oleh guru ngaji saya jika dunia saat ini memang benar-benar mendekati akhir jaman. Di jaman yang sekarang ini, beliau mengatakan jika ilmu agama (dalam hal ini yang saya bahas adalah islam) sudah tidak ada yang murni, sudah hilang sifat aslinya, hanya cangkang yang tanpa isi. Sekarang banyak oknum yang menjadikan agama sebagai ladang rejeki. Mereka para oknum tersebut memperjual belikan ilmunya, dengan memberikan 'harga tampil' kepada para jama'ah yang ingin menggunakan jasanya dalam berdakwah. Padahal mensyiarkan agama merupakan kewajiban bagi setiap umat-Nya yang cukup ilmu agamanya. Dan itu semua harus tanpa embel-embel pamrih. Toh meskipun jika ada jama'ah yang memberikan hadiah berupa uang atau apapun karena orang tersebut sudah memberikan dakwah/pencerahan, anggap saja itu sebagai sedekah dari para jema'ah bukan sebagai honor/upah karena sudah memberikan dakwah/pencerahan. 

Sudah sepatutnya kita bersikap bijak menanggapi hal ini, ambil hikmahnya dan jadikan sebagai pembelajaran hidup agar kita tidak terjerumus kedalam masalah yang sama. Mulailah memperbaiki diri, fokus berbenah dengan pribadi masing-masing, karena kita tidak pernah tahu kapan Tuhan akan membukakan aib kita kepada dunia luar. kutipan :

"Berkata Abu Hazim Salamah bin Dinar :

“Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukan-keburukanmu, dan janganlah engkau kagum dengan amalan-amalanmu, sesungguhnya engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk surga).” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman no 6500).

 Basyr bin Al Harits berkata, “Janganlah engkau beramal agar engkau disebut-sebut, sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan keburukanmu.

Dari Yazid bin Abdullah bin asy-Syikhkhir, dia menceritakan bahwa ada seorang lelaki yang bertanya kepada Tamim ad-Dari, “Bagaimana sholat malammu?”. Maka beliau pun marah sekali, beliau berkata, “Demi Allah, sungguh satu raka’at yang aku kerjakan di tengah malam dalam keadaan rahasia itu lebih aku sukai daripada aku sholat semalam suntuk kemudian hal itu aku ceritakan kepada orang-orang.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 234)"

noda_pensil

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline