Lihat ke Halaman Asli

No Code Defined

Fungsionaris.

Cinta Di Balik Awan Putih

Diperbarui: 4 November 2024   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pngtree - Ilustrasi "Awan Putih"

 "Cinta Di Balik Awan Putih".


Rina memandang jauh ke langit biru yang dihiasi awan-awan putih berarak. Ia duduk di bangku taman kampus, menunggu kelas berikutnya dimulai. Tangannya menggenggam erat sebuah buku puisi, hadiah dari seseorang yang tak pernah ia sangka akan mengisi hatinya.

Setahun yang lalu, Rina tak pernah menyangka bahwa ia akan jatuh cinta pada Andi, teman sekelasnya yang pendiam dan selalu duduk di pojok belakang. Andi yang dikenal sebagai mahasiswa jenius namun anti-sosial itu selalu menjadi misteri bagi teman-teman sekelasnya.

Semua bermula ketika mereka dipasangkan dalam tugas kelompok sastra. Rina, yang ceria dan supel, awalnya merasa kesal harus bekerja sama dengan Andi yang dingin. Namun, saat mereka mulai berdiskusi, Rina terkejut dengan pengetahuan dan kepekaan Andi terhadap puisi.

"Cinta itu seperti awan putih," kata Andi suatu hari, saat mereka sedang mengerjakan tugas di perpustakaan. "Terlihat sederhana dari jauh, tapi semakin kau dekati, semakin kompleks bentuknya."

Rina tertegun. Ia tak menyangka Andi bisa berkata-kata seindah itu. Sejak saat itu, mereka sering menghabiskan waktu bersama, membahas puisi dan kehidupan. Perlahan tapi pasti, Rina merasakan getaran aneh di hatinya setiap kali bersama Andi.

Namun, Rina tak berani mengungkapkan perasaannya. Ia takut merusak persahabatan yang baru terbentuk. Andi pun tak pernah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia memiliki perasaan yang sama.

Hingga suatu hari, saat mereka duduk di taman kampus ini, Andi memberikan buku puisi itu pada Rina. "Bacalah halaman 23," katanya sebelum beranjak pergi.

Dengan tangan gemetar, Rina membuka halaman yang dimaksud. Di sana, terselip secarik kertas dengan tulisan tangan Andi:

"Cintaku padamu seperti awan putih,
Tak terucap, namun selalu ada di langit hatimu.
Maukah kau menjadi langit biruku?"

Air mata Rina menetes. Ia mendongak, mencari sosok Andi di kejauhan. Dan di sana, di bawah pohon ek besar, Andi berdiri dengan senyum malu-malu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline