Lihat ke Halaman Asli

Nobiel Utoro

SMA Kanisius

Belajar dari Sistem Pendidikan di Finlandia: Apakah Bisa Diterapkan di Indonesia?

Diperbarui: 15 November 2024   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Sistem pendidikan Finlandia sering kali disebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia. Prestasi akademik siswa Finlandia selalu tinggi dalam tes internasional seperti Programme for International Student Assessment (PISA). Hal ini memicu rasa ingin tahu banyak negara, termasuk Indonesia, yang bertanya-tanya apakah pendekatan pendidikan di Finlandia dapat diterapkan di sini untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Artikel ini akan membahas beberapa karakteristik utama sistem pendidikan Finlandia dan melihat sejauh mana hal ini relevan atau dapat diadopsi oleh Indonesia.

1. Fokus pada Kesejahteraan Siswa

Di Finlandia, kesejahteraan siswa adalah prioritas utama. Sistem pendidikan di sana menempatkan siswa sebagai individu yang perlu merasa aman, nyaman, dan diperhatikan secara emosional agar bisa belajar dengan baik. Sekolah di Finlandia sering kali lebih santai dan menyenangkan, serta mengutamakan lingkungan belajar yang tidak penuh tekanan. Hal ini berbeda dengan banyak sistem pendidikan di negara lain, termasuk Indonesia, yang cenderung menekankan pada pencapaian akademik dan nilai ujian.

Berbeda dengan Indonesia sendiri dimana mereka mengutamakan kesejahteraan siswa, di mana sistem pendidikan sering kali menekankan hasil akademik yang diukur melalui ujian. Penerapan konsep ini memerlukan perubahan paradigma dari sekadar mengejar nilai ke fokus pada kesehatan mental dan perkembangan emosional siswa. Menurut saya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia perlu berkolaborasi dengan tenaga pendidik dan psikolog untuk memberikan pelatihan mengenai pentingnya kesejahteraan siswa.

2. Sistem Tanpa Ujian Nasional

Finlandia tidak memiliki ujian nasional yang menentukan kelulusan siswa di setiap tingkat pendidikan. Ujian hanya dilakukan pada tingkat akhir pendidikan menengah atas, dan itupun tidak menjadi satu-satunya penentu masuk ke perguruan tinggi. Guru lebih diberi kebebasan untuk menilai perkembangan siswa melalui tugas dan proyek, serta menyesuaikan metode pembelajaran dengan kebutuhan setiap siswa.

Di Indonesia, mereka memiliki ujian nasional yang dijadikan sebagai standar penilaian nasional. Meskipun baru-baru ini kebijakan Merdeka Belajar mengurangi ketergantungan pada ujian nasional, budaya ujian masih kuat dalam sistem pendidikan Indonesia. Untuk meniru Finlandia, Indonesia perlu menciptakan sistem evaluasi yang lebih fleksibel dan menekankan pada pengembangan keterampilan yang lebih holistik. Hal ini akan membutuhkan perubahan besar dalam peraturan dan pelatihan bagi para guru.

3. Kualitas dan Kesejahteraan Guru

Guru di Finlandia dianggap sebagai profesi yang sangat dihormati dan memiliki standar seleksi yang ketat. Untuk menjadi guru, seseorang harus menyelesaikan pendidikan setidaknya setingkat magister dan melalui pelatihan pedagogi yang intensif. Gaji guru di Finlandia juga cukup kompetitif, sehingga menarik orang-orang berkualitas tinggi untuk menekuni profesi ini. Selain itu, guru juga diberikan kebebasan yang cukup besar untuk mengembangkan materi dan metode pengajaran.

Di Indonesia, kualitas dan kesejahteraan guru masih menjadi isu yang perlu diperhatikan. Banyak guru yang menerima gaji di bawah standar dan belum memiliki pelatihan yang cukup dalam mengajar. Pemerintah perlu memberikan perhatian lebih pada peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru, baik melalui peningkatan upah, pelatihan berkala, maupun beasiswa untuk studi lanjutan. Hanya dengan guru yang berkualitas, sistem pendidikan yang lebih baik dapat dibangun di Indonesia.

4. Durasi dan Fleksibilitas Waktu Belajar

Di Finlandia, jam belajar siswa relatif lebih pendek dibandingkan dengan banyak negara lainnya. Siswa di Finlandia memiliki lebih banyak waktu untuk beristirahat, bermain, dan mengeksplorasi minat mereka di luar akademik. Waktu belajar yang lebih singkat ini diimbangi dengan pengajaran yang efektif dan fokus. Kurikulum tidak padat, tetapi mendalam, sehingga siswa memiliki waktu untuk benar-benar memahami konsep-konsep yang diajarkan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline