Lihat ke Halaman Asli

nobelia salma

Mahasiswa Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Film Sekala Niskala sebagai Media Diplomasi Hiburan Indonesia

Diperbarui: 18 Mei 2022   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS


Industri perfilman global telah mengalami perubahan yang signifikan dari waktu ke waktu. Berkat perkembangan teknologi, industri film semakin gencar untuk menghasilkan film dengan berbagai genre serta efek visual yang atraktif. Tidak hanya itu, film juga semakin mudah untuk diakses melalui berbagai platform berbayar seperti Netflix, Disney +, Amazon Prime, VIU, dan sebagainya. 

Meskipun sudah banyak platform layanan menonton film yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja, masyarakat tetap antusias untuk menonton film di bioskop. Bahkan, saat ini masyarakat tidak perlu mengantri lama untuk membeli tiket bioskop berkat adanya digitalisasi. 

Tidak heran jika film menjadi salah satu sarana hiburan yang sangat diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan. 

Film tidak hanya bisa menjadi media hiburan masyarakat, tetapi juga menjadi media yang efektif bagi negara untuk melakukan diplomasi terhadap negara lain. Seiring dengan berkembangnya zaman, strategi negara dalam mewujudkan kepentingannya di kancah internasional lebih banyak mengandalkan soft power daripada hard power. 

Soft power sendiri merupakan kemampuan suatu negara untuk mewujudkan kepentingannya melalui hal - hal yang dapat menarik perhatian tanpa adanya paksaan. 

Salah satu sumber soft power suatu negara adalah budaya. Hal ini dapat dilihat dari keberhasilan negara Korea Selatan dalam memasarkan budaya Korea atau yang lebih sering dikenal sebagai Hallyu ataupun Korean Wave. Produk budaya Korean Wave yang saat ini tidak asing lagi seperti musik, drama, film, fashion, beauty product, dan sebagainya, rupanya memberikan kontribusi besar bagi perekonomian negara Korea Selatan. 

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh The Korean Foundation for International Cultural Exchange (KOFICE), mereka menemukan bahwa ekspor komoditas seni dan budaya Korean Wave pada tahun 2017 setara dengan 3.8 Juta USD, yang mana meningkat 18,7% dari tahun 2016. 

Selain negara Korea Selatan, adapun negara Selandia Baru yang berhasil memanfaatkan produk budaya seperti film untuk meningkatkan pendapatan negara di bidang pariwisata. 

Melalui film trilogi The Lord of The Rings dan The Hobbit yang sebagian besar berlatar pada pemandangan alam di negara tersebut, film tersebut sukses dalam memikat penggemar film di seluruh dunia dan membantu negara itu menuai peningkatan 50% dalam kedatangan turis di negara itu sejak rilis film pertama pada tahun 2001. 

Dengan demikian, film sebagai hasil dari budaya dapat menjadi instrumen untuk mendukung negara menjamin kepentingan nasionalnya di kancah internasional. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline