Lihat ke Halaman Asli

Selamat Bekerja Wartawan di Tanah Air!

Diperbarui: 24 Juni 2015   06:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sepertinya headline pagi ini di semua media nasional bahkan media lokal di daerah masih menempatkan Akil Muchtar yang di suap oleh beberapa orang penyuap menjadi berita yang masih sangat laku dijual hari ini.

Disusul pemberitaan Gubernur DKI Jakarta, Jokowi yang selalu mendapat porsi pemberitaan besar setiap hari. Mungkin masih ada media terkemuka di negara lain melanjutkan pemberitaan Akil Muchtar karena KPK masih terus bergerak dari aksi tangkap tangannya beberapa orang yang terkait kasus suap dan korupsi persidangan sengketa pilkada. Terlihat masih banyak berseliweran wartawan asing di kantor KPK dan selebihnya wartawan dalam negeri tengah terkonsentrasi di Bali untuk meliput perhelatan APEC.

Wartawan tentunya jeli menentukan materi peliputan dan mengolah penyajiannya di media. Di minggu ini wartawan sepertinya harus tambah ekstra karena banyaknya kasus-kasus yang muncul mengemuka, tidak terkecuali di minggu ini juga penyelenggaraan APEC di helat di Bali yang mendapat liputan luas media dari dalam dan luar negeri.

Jika kita mencermati, pemberitaan yang ada masih satu arah, yaitu melaporkan penangkapan Akil Muchtar dan kawan-kawan penyuapnya. Pemberitaan belum sepenuhnya menyajikan keterangan rinci dari yang tertangkap. Kemarin Akil Muchtar mengirim surat ke Dewan Kehormatan Hakim MK yang baru dibentuk. Dalam suratnya Akil menceritakan kronologi penggerebegan oleh KPK. Ia menyangkal tidak tertangkap tangan seperti yang dibeberkan KPK dalam ekspos di konferensi pers satu hari setelah dirinya ditangkap. Sah-sah saja jika ia membela diri, tapi tidak bisa membendung kemarahan dan simpatik rakyat.

Wawan, adik gubernur Banten Ratu Atut pun masih bungkam. Wartawan belum bisa mengorek informasi banyak dari adik gubernur yang ditengarai banyak mengatur tender-tender proyek di provinsi Banten yang hampir dikuasai oleh dinasti keluarganya. Sang kakak Ratu Atut sendiri bak hilang ditelan bumi setelah ia tau adiknya ditangkap KPK dan ia sendiri di cekal berpergian ke luar negeri. Hampir setiap hari disemua rumahnya di tongkrongi pemburu berita. Kemarin di salah satu rumah gubernur Ratu Atut di Joglo, Jakarta Barat, salah satu putrinya Andiara Aprilia Hikma membawa dua koper besar keluar dari rumah. Ditengarai, koper yang dibawa berisi keperluan untuk sang bunda. Ia bungkam saat dicecar wartawan tentang keberadaan sang bunda gubernur Banten saat ini.

KPK terus mendapat apresiasi dan sanjungan luas dari rakyat. Tapi tidak sedikit juga beberapa anggota DPR yang mengkritik KPK terkait penangkapan Akil. Beberapa angota DPR dari komisi III yang membidangi hukum menuduh KPK masih tebang pilih. Anggota DPR mengkritik atas penangkapan dan pencekalan kader aktif dan mantan kader partai Golkar yang ditangkap, sementara Anas Urbaningrum dan Andi Malarangeng masih belum dikandangkan ke penjara. Chairun Nisa dan Ratu Atut adalah kader partai Golkar aktif dan Akil Muchtar pernah menjadi kader militan partai pimpinan Aburizal Bakri.

Kita sering mendengar percakapan rakyat di semua pelosok negeri yang mengatakan sudah bosan dan muak dengan kasus-kasus korupsi dan bejatnya mental penyelenggara negara. Tapi tak terbantahkan jika hampir anggota keluarga di rumah menyimak perkembangan kasus-kasus korupsi yang ditayangkan televisi secara ekslusif. Tak jarang antara bapak, ibu dan anak harus berebutan remote control. Si bapak ingin menguasai tayangan berita, si ibu tidak mau ketinggalan cerita sinetron dan si anak tidak mau juga ketinggalan acara favoritnya. Ahir-ahir ini kasus-kasus korupsi yang diberitakan secara masif di media setidaknya sudah berkontribusi positif bisa terbangunnya interaksi antar anggota keluarga.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline