Lihat ke Halaman Asli

Puisi untuk Sahabatku...

Diperbarui: 24 Juni 2015   11:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

PUISI UNTUK SAHABATKU

Di sebuah sekolah dasar, ada dua orang saahabat yang sangat dekat. Mereka bagaikan saudara kandung. Mereka berdua sudah duduk di bangku kelas 6 SD dan sebentar lagi mereka akan tammat. Mereka bernama Dulla dan Ahmad.

Pada waktu itu jam telah menunjukkan pukul 13.00 dan loncengpun berbunyi tanda waktunya pulang sekolah.

“Ahmad, tunggh aku sebentar”.

Sekolah baru saja usai, Ahmad sedang berjalan dengan cepat pulang ketika mendengar suara seseorang memanggilnya. Dia menoleh ke belakang. Terlihat Dulla berlari mengejarnya dengan tergopoh-gopoh.

“Ada apa Dullah? Tanya ahmad yang terlihat terbuu-buru pulang”.

“begini aku mau mengembalikan buku IPA yang tertinggal di kelas tadi”. Kata nisa sambil mengembalikan buku.

“kamu kenapa mad?”. Singkat dulla.

“tidak.....eeee..”
“kamu kenapa Mad erita padaku aku kan sahabatmu.” Kata dulla.

“eeee....orang tuaku sedang sakit di rumah dirumah dan tidak ada yang merawatnya makanya saya bergegas cepat pulang”.

“kenapa kamu tidak cerita sama aku mad.....???”. kata dulla.

“aku tidak mau merepotkan orang lain. Makanya aku tak mengatakan kepada siapa pun”.

“jangan lupa mad besok kita punya tugas IPA yaitu kita harus mencari nama-nama dari planet-planet yang ada di tata surya dan apa saja yang ada di tata surya tersebut”.

“iya makasih aku pulang duluan yach”.

“Iya hati-hati di jalan mad”. Kata dulla.

Dulla pun ingin sekali membantu ibu dari ahmad. Setibanya di rumah. Dullah menelpon ayahnya dan berkata.

“Ayah, ibu dari sahabat dulla sakit yah....”

“dia sakit apa nak...?” kata ayah dulla.

“aku juga tidak tahu ayah. Kita ke sana yah sebentar...?”.

“iya, tapi setelah ayah pulang kantor yah...?”. kata ayah Dulla.

“makasih ayah”

Sambil menunggu ayahnya pulang dulla mengerjakan tugas IPA yang diberika tadi oleh ibu gurunya. Dan ayah dullah pun pulang dan membawa sesuatu dikantongan berwarna hitam.

“ayah, apa itu...?”.

“ought...ini. tadi ayah sewaktu pulang dari kantor ayah sempatkan membeli buah-buahan untuk ibu sahabat kamu. Buah-buahan sangat baik untu orang yang lagi sakat karena mengandung banyak vitamin yang dibutuhka tubuh, misalkan jeruk banyak mengandung vitamin c dullah.....”. kata ayah dulla.

“iya ayah, ayo kita kerumahya ahmad yah...?”.

“iya. Tunggu dulu nak ayah mandi dulu yach”.

“iya ayah”.

Setelah sekitar dua puluh menit kemudian ayah dullah selesai mandi dan mengganti pakaiannya. Dan mereka berdua pun berangkat kerumah ahmad.

“assalamulaikum”. Kata dullah.

“waalaikumsalam, ek kamu dulla silahkan masuk, om silahkan masuk, maaf yach rumahnya tidak terlalu bagus dan agak berantakan”.

“iya, tidak masalah mad, bagaimana keadaan ibumu.....?”. tanya dulla.

“ibu aku masih sakit dulla, tapi udah agak baikan dibanding kemarin.....”.

“emangnya ibu kamu sakait apa mad...?”. kata dullah.

“ibu saya demam”.

“iya, eh hampir lupa ini ada buah ayah saya yang berikan untuk ibu kamu. Katanyaayah saya baik buat ibu yang sedang sakit karena mengandung anyak vitamin. Dan mudah-mudahan lekas sembuh yah....” Amin”. Kata dulla.

“iya, makasih banyak sahabatku”.

“iya jangan lupa tugas yang diberikan ibu guru di sekolah dikerja mad. Tugasnya itu tentang tata surya. Tata surya itu banyak terdapat banyak benda benda langit seperti matahari, bulan, komet, dan meteor. Sebenarnya tugas saya sudah selesai makanya saya cuman kasih tahu sedikit. Saya ingin kamu sendiri yang mengerjakan dan mencari tahu tentang tugas tersebut. Aku tidak mau hanya aku ang tahu sendiri sedangkan kamu tidak”. Kata dulla.

“iya, mkasih banyak atas semuanya sahabatku aku tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikanmu ini”.

“ah... tidak usah dibalas kita kan sahabat yang saling membantu dengan sahabatnya. Oh iya mad kami ingin pulang ke rumah salam buat ibu kamu dari aku dan ayahku semogah cepat sembuh”.

“iya, makasih” kata ahmad mengucapkan terimah kasih berkali-kali kepada dulla.

“iya, kami pulang dulu yach mad, Assalamualaikum”

“waalaikumsalam”. Kata Ahmad sambil mengantar mereka sampai depan pintu.

Keesokan harinya mereka bertemu di sekolah lagi. Ahmad tampaknya agak bahagia karena ibunya sudah sembuh. Mereka berdua kelihatannya sangat bahagia karena mereka bisa seperti dulu lagi brcanda bersama, kerja tugas bersama, saling membantu antara yang satu dengan yang lain dalam hal positif. Semuanya kembali seperti dulu lagi, tapi dalam hati ahmad ada yang mengganjal. Ia ingin memberikan sesuatu kepada dulla. Dan ketika itu ibu mereka menyampaikan sesuatu kepada mereka.

“anak-anak, bel am pulang sudah berbunyi. Ibu ingin menyampaikan sesuatu kepada kalian,dua hari dari sekarang akan diadakan pelombaan membuat puisi dan membacakannya. Lomba tersebut diadakan khusus untuk murid-murid yang ada di sekolah ini”. Kata ibu gurunya degan wajah yang cerah.

“iya, ibu guru”. Serentak murid-muridnya.

“kalau begitu ibu akhiri, Assalamualaikum Wr. Wb.....”. kata ibu guru dengan mengatur buku-buku yang telh dipakai.

“Waalaikumsalam Wr. Wb...”. serentak anak muridnya dan satu persatu mencium tangan ibu gurunya dan mninggalkan kkelas.

Mereka pun berdua mencium tangan ibu gurunya lalu keluar. Kemudian mereka menyempatkan waktu untuk bercerita tentang hal yang telah disampaikan oleh gurunya. Mereka bercerita di taman yang banyak terdapat pepohonan yang lebat dan ditumbuhi rumput.

“mad gimana tentang tadi yang disampaikan ibu guru. Kamu mau ikut tidak...?”. kata dullah.

“bagaimana yah..... aku juga bigung”. Sambil berpikir.

“Ikut aja mad kamu pandai”. Sambil membujuk ahmad.

“iya, besok aku kasih tahu deh, aku ikut atau tiak”.

Mereka berdua pun pulang ke rumah masing-masing. Setelah samapai ke rumahnya ahmad berpikir tentang perlombaan yang tadi. Setelah berpikir-pikir, ahmad pun ingin mengikuti perlombaan itu tetapi tidak memberi tahukan kepada dulla. Ahmad ingin memberika sebuah pantun untuk sahabatnya. Dan ahmad pun mulai berpikir membuat puisinya buat sahabatnya. Ahmad sudah memikirkan judulnya yaitu “persahabatan”. Judul yang menurut ahmad untuk sahabatnya. Keesokan harinya pun tiba.

“Mad bagaimana denganlomba tersebut...?”. kata dulla dengan wajah senyum-enyum karena yakin ahmad akan ikut perlombaan itu.

“ma.........maaf dulla. Aku tidak mau ikut perlombaan itu”. Dengan terbata-bata ahmad menguapkan kalimat itu.

“kenapa mad, kamu kan pandai, tapi kalau kamu tidak mau ikut juga tidak apa-apa”. Nampak wajah Dulla berubah menjadi murung agak sedih kerena ahmad tidak ikut.

“dulla, kita besok ke tempat perlombaan itu yah.....aku nau lihat lomba tersebut”. Ujar Ahmad.....

“iya”. Singkat dulla.

Mereka pun pulang tapi ahmad tidak langsung pulang tapi dia masih tinggal di sekolah untuk mendaftarkan namanya sendiri untuk perlombaan itu. Dan keesokan harinya pun tiba semua rencana yang disusun oleh ahmad kayaknya sudah sesuai.

“hai Dulla. Apa kabar”. Dengan wajah gembira menuju ke tempat dulla duduk.

“Aku baik kok mad”. Lemas dulla.

Acara perlombaan pun dimulai. Dan satu persatu para peserta yang mengikuti lomba membacakan puisinya. Dan tidak lama kemudian pembawa acara itu menyebutkan nomor peserta yang akan tampil no 53 sedangkan nomor ahmad adalah 55.

“Emmmmm......aku ke kamar kecil dulu yah”. Kata ahmad.

“iya..... Tapi jangan lama yah”.

“iya....”. Dengan sengkat ahmad

Dan tidak lama kemudian nampaknya dulla melai gelisa mencari ahmad karena tak kunjung datang dari kamar kecil. Dan pandangan dulla pun mengarah ke panggung, dan mendengar nomor 55 disebut dan betapa terkejut ketika yang dia lihat di panggung adalah sahabatnya ahmad. Dia pun merasa kecewa karena telah dibohongi oleh sahabatnya. Tetapi dia mencoba tetap berada di tempatnya walaupun merasa dikeceawakan. Ahmad pun mulainnya dengan berlahan.

“maaf sebelumnya saya mengikuti lomba ini tidak memberitahukan siapa pun, termaksud sahabatku sendiri. Aku ingin memberikan sesuatu kepadanya sebuah puisi untuk sahabatku yang berjudul “sahabat”

Kita semua adalah sahabatan

Itu tercipta bukan karena

Kita saling mengenal sekian lama

Persahabatan kita menjadi janji

Janji yang melekat dalam hati

Takkan pudar karena jarak

Takkan hilang oleh waktu

Kita saling memahami dan dipahami

Kita saling mengerti dan dimengerti

Dan kalian adalah sahabatku

Untuk selamanya

Kita berlari untuk mengejar sebuah mimpi

Bersama-sama kita tegak berdiri

Dan kita terbang meraih mimpi

Puisi ini untuk sahabatku yang ada diantara kalian”. Ujuar ahmad dengan berlahan.

Setelah selesai ahmad turun dari panggung dan menuju ketempat duduk dulla. Dan ternyata ahmad adalah peserta yang terakhir. Dulla yang tadinya tampak kecewa dengan ahmad kini tidak lagi bahkan dia bangga punya teman seperti dia. Ahmad meminta maaf kepada dulla. Karen tidak memberitahukan kepadanya. Dan akhirnya pengumuman lomba diumumkan. Dan betapa kagetnya mereka berdua ternya yang menjadi juara satunya adalah ahmad.

“piala ini untuk kamu dulla, sahabatku yang selalu ada untuk saya dikalah susah maupun senang, terimah kasih....”. kata ahmad

“ti.......tidak juara ini dan piala ini adalah punyamu karena kamu yang mengikutinya”.

“tidak dulla, i...ini semua untuk kamu aku sudah berjanji pada diriku kalau juara akan ku berikan kepadamu” kata ahmad dengan senyum.

“iya, makasih sahabatku”. Sedih, gembira, dan bahagia dirasakan dulla menjadi satu dia bangga punya teman seperti ahmah.

Mereka pun tertawa berama-sama dan merasa saling bangga punya sahabat seperti mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline