Suasana tenang menemani kami, aku dan si kecil, menonton acara TV kesayangan. Pandangan serius terarah pada layar datar televisi. Sekelebat benda bergerak, menyita perhatianku, ya ampun kodok bangkong sebesar bola tenis, dengan santainya melompat masuk ruang tamu. Penghuni taman itu leluasa melompat ke dalam rumah, melewati pintu ruang tamu (yang memang sengaja kubuka) tanpa permisi dan sopan santun.
[caption id="attachment_110556" align="aligncenter" width="210" caption="kodok gendut yang bertamu ke rumahku"][/caption]
Dengan segera aku bangkit, dan memberi pesan kepada si kecil untuk tetap berada di ruang TV, "Bunda mau mengusir kodok dulu ya ", ucapku.
Bersenjatakan sapu, aku mulai bergerilya, berusaha mengenyahkan si kodok gendut. Aku sodorkan sapu untuk menakutinya. Dia melompat ke sana kemari, bersembunyi di salah satu lemari. "Hmmm , jangan harap kau bisa lolos", batinku.
Aku berupaya lagi membuatnya pergi, Dengan sigap, si kodok melompat keluar dari lemari, sekarang bersembunyi di bawah mainan sepeda buahhatiku.
Kugeser perlahan memakai sapu, dan HOP, HOP, HOP, tiga kali dia melompat keluar, Dag dig dug jantungku berdegup kencang, aku berkonfrontasi langsung face to face. Tapi dengan mudah dia kembali melewati rintangan sapuku. Dan , yeah , dia berhasil bersembunyi lagi di pojok lemari kedua.
Kali ini, aku menyerah, posisinya sangat sulit untuk diusir. Dan hatiku sudah terlanjur merasa cenat cenut , merasa takut sekaligus geram menghadapinya.
Akhirnya , BB aku ambil, nomer suami kuhubungi. Aku tinggal menunggu kepulangannya, sambil mataku terus mengawasi tempat si kodok beristirahat.
Dan dengan 2 sapu, kami sebagai team, kompak, menghalau si kodok, keluar melompat, terpeleset, akhirnya melompat lagi menuju taman.
"Yah , dia sudah kembali ke jalan yang benar", kata suamiku.
Aku merasa senang dan tenang kembali. Ada hikmah di balik peristiwa ini, karena lemari kami geser, maka sekalian kami menyapu dan mengepel debu yang selama ini menumpuk damai di bawah lemari.