[caption id="attachment_160397" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana Balai Kartini"][/caption] HelloFest 8 yang kali ini digelar di Balai Kartini, Jakarta adalah event cosplay besar-besaran yang pertama kali saya hadiri. Peserta dan pengunjung datang tidak hanya dari Jakarta, tetapi juga daerah-daerah di Jawa. Beberapa kenalan saya dari dunia maya pun menyempatkan diri datang walaupun mereka tidak berdomisili di daerah Jabodetabek. Saya sendiri rela menempuh perjalanan dari kota kecil tempat tinggal saya, menuju Semarang untuk selanjutnya melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan kereta ekonomi, membawa ransel penuh sesak dengan logistik dan sebuah kamera. Sejatinya, HelloFest tidak melulu acara perlombaan cosplay (yang diberi nama "Kostumasa" oleh penyelenggara). Pada HelloFest diadakan juga baazar, serta seminar mengenai animasi dan pemutaran film animasi dari berbagai negara yang menjadi pemenang suatu kejuaraan. Namun, kekurangan dalam perencanaan acara membuat dua event terakhir seolah tidak terasa gaungnya, setidaknya bagi pengunjung yang pulang sebelum Kostumasa selesai. Hal yang saya garisbawahi adalah begitu banyaknya peserta perlombaan cosplay. Sedemikian banyaknya, sehingga dari pagi saat acara dimulai sampai sore, pertunjukan kabaret yang menjadi wahana untuk penjurian peserta masih belum selesai. Sedemikian banyaknya peserta, sampai-sampai hanya dalam rentang sekian meter kita akan menemukan seorang cosplayer dikerumuni gerombolan kameko yang berhasrat mengabadikan pose mereka untuk dijadikan f*p material dikoleksi dan dipajang di situs jejaring sosial. Well, banyaknya peserta membuat acara kabaret menjadi demikian lama dan membosankan. Entah berapa penampilan bagus terlewatkan karena penonton sudah keburu jenuh dengan pertunjukan yang kurang lebih sama. Ini bisa diatasi dengan menyediakan wahana interaktif bagi pengunjung, semisal, peragaan langkah-langkah pembuatan animasi, tutorial menggambar atau ajang kreatif lainnya. Tetapi, sejauh yang saya lihat, tidak ada stand seperti itu di venue. Bicara soal venue, lantai dasar Balai Kartini bukan tempat yang tepat untuk acara dengan skala sebesar itu. Ruangan luas itu serasa bagai pasar, terjejal oleh pengunjung. Hampir terjadi adu mulut antara saya dengan seorang pengunjung karena orang itu lewat di antara saya dan cosplayer yang saya foto tepat saat saya mengambil foto. Dengan ruangan sepadat itu, sangat susah mencari sudut yang pas untuk mengambil foto untuk memperkuat kesan dari karakter yang dibawakan oleh seorang peserta. Satu lagi yang menyebalkan saya: fotografer profesional. Dengan sepikulan peralatan profesional, mereka dengan seenaknya memonopoli para cosplayer dan sudut-sudut ruangan. Sempat saya berniat mengambil foto BRS dengan pose main piano tetapi urung karena ada fotografer pro hendak memotret seorang gothic lolita di depan piano yang sama. Segudang peralatan mereka seolah menjadi mahkota raja, membuat kameko kacangan semacam saya merasa sungkan dan segera menyerahkan model atau spot yang sedang mereka pakai ke si profesional itu. Sedikit saja komentar saya: kalau ingin dapat foto kualitas pro dengan alat-alat pro, silahkan culik cosplayer yang kau mau ke studio, jangan rampas 'buruan' kami rakyat jelata. Cih, yang difoto pun cuma model-model bishoujo, このむかっつくエロじじ. PS: sementara ini saya belum bisa menghadirkan foto saya sendiri karena masih menunggu diproses di lab ^^
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H