Dalam dunia pendidikan, kode etik menjadi panduan penting untuk menjaga profesionalisme dan integritas. Dalam Islam, kode etik tidak hanya menyentuh aspek profesional, tetapi juga berakar pada nilai-nilai akhlak mulia dan spiritualitas (Ananda, 2019). Prinsip-prinsip kode etik ini salah satunya dikemukakan oleh Jawad Ridla dalam bukunya Al-Fikr Al-Tarbawiyyu Al-Islamiyyu Muqadimat fi Ushulih al-Ijtima’iyyati wa al-Aqlaniyyati yang dikutip oleh Majid (2005: 124-126). Berikut adalah delapan prinsip kode etik guru dalam perspektif Islam yang menjadi panduan bagi seorang pendidik untuk menjalankan tugasnya.
1. Ilmu Harus Dibarengi dengan Pengamalannya
Seorang guru tidak hanya berkewajiban menyampaikan ilmu, tetapi juga mengamalkannya. Ilmu tanpa amal ibarat pohon tanpa buah. Keteladanan guru menjadi kunci utama dalam mendidik, karena siswa lebih sering belajar dari apa yang mereka lihat daripada apa yang mereka dengar. Ketika seorang guru tidak mempraktikkan apa yang dia ajarkan, hal ini akan merusak kepercayaan siswa dan menghambat proses pembelajaran.
2. Bersikap Kasih Sayang kepada Siswa
Guru hendaknya memandang siswa seperti anaknya sendiri, sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Keberadaanku bagi kalian laksana seorang ayah bagi anaknya, yang aku adalah mengajari kalian” (HR. Ad -Darimi: 672). Sikap kasih sayang ini menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan harmonis. Ketika siswa merasa dihargai dan dicintai, mereka akan lebih mudah menerima pelajaran dan berkembang secara optimal. Hal ini juga mengajarkan siswa untuk menghormati dan menyayangi guru mereka.
3. Menghindari Ketamakan
Guru dituntut untuk menjauhkan diri dari sikap tamak dan komersialisasi ilmu. Ilmu adalah amanah dari Allah SWT, bukan sarana untuk mengejar kekayaan semata. Dengan menjaga niat yang tulus, seorang guru dapat menjalankan tugasnya sebagai pelayan umat dan penyampai kebenaran.
4. Bersikap Toleran dan Pemaaf
Kesabaran adalah kunci dalam mendidik. Guru harus memiliki sikap lapang dada dan menghindari konflik dengan atau di antara siswa. Ketika kesalahan terjadi, memberikan maaf adalah bentuk pengajaran moral yang sangat penting. Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa’ ayat 149: "Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan orang lain, maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa."
5. Menghargai Kebenaran
Guru adalah penyampai kebenaran dan penjaga nilai-nilai keilmuan. Komitmen terhadap kebenaran harus diwujudkan dalam etos kerja, seperti semangat melakukan penelitian, mengajar dengan jujur, dan tidak menyampaikan informasi yang belum terverifikasi. Dengan menghargai kebenaran, guru menjadi teladan bagi siswa untuk bersikap jujur dan bertanggung jawab.
6. Bersikap Adil dan Insaf
Seorang guru dituntut untuk menjunjung tinggi nilai keadilan dalam setiap aspek pekerjaannya. Sikap adil mencakup memberikan perhatian yang seimbang kepada semua siswa tanpa diskriminasi. Selain itu, guru juga harus memiliki rasa insaf, yakni kesadaran untuk selalu introspeksi dan bersikap empati terhadap siswa maupun kolega.
7. Rendah Hati
Kesombongan dan sikap merasa serba tahu tidak pantas dimiliki oleh seorang guru. Rendah hati adalah salah satu ciri akhlak mulia yang diajarkan Islam. Jika seorang guru tidak mengetahui sesuatu, hendaknya dengan tulus mengakui ketidaktahuannya. Sikap ini tidak hanya menunjukkan kejujuran, tetapi juga mendorong siswa untuk bersikap kritis dan menghargai proses belajar. Prinsip ini didukung oleh pandangan Ibn Jamaah dalam kitab Tadzkirotus Saami' wal Mutakallim fii Adabil 'Alim wal Muta'allim, yang menyatakan bahwa seorang guru harus mengedepankan ketulusan dan mengakui keterbatasannya.
8. Ilmu untuk Pengabdian kepada Orang Lain
Tujuan utama ilmu dalam Islam adalah untuk memberi manfaat dan pengabdian kepada masyarakat. Guru harus memahami bahwa tugasnya adalah membentuk karakter siswa, seperti seorang seniman yang mengukir tanah liat. Melalui pengajaran yang tulus, guru mencetak generasi penerus yang membawa manfaat bagi umat manusia.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seorang guru tidak hanya menjadi pendidik, tetapi juga teladan dalam membangun peradaban yang berlandaskan akhlak mulia. Sebagai pelaksana tugas mulia ini, guru memiliki tanggung jawab besar dalam mencetak generasi yang berilmu, berakhlak, dan bertakwa.
Daftar Pustaka