Lihat ke Halaman Asli

Nur Muwachid

Mahasiswa UIN Walisongo Semarang

Filsafat Keilmuan Koyak Kemalasan

Diperbarui: 8 Juli 2023   17:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar

Jika Puncak Ilmu adalah ketidaktahuan maka saya adalah penentang utama

Saya mengikuti secara penuh bahwa Beliau Allah adalah صاحب الْعَلِيمُ ٱلْعَلِىُّ ٱلْعَظِيمُ (Sang Pemilik Ilmu Yang Tinggi dan Yang Agung)

Jika menyepakati paham "Puncak Ilmu adalah ketidaktahuan" hal ini tidak bisa disalahkan jika memahami lewat paham Antroposentris, sedangkan disebut beraqidah jika seseorang menggunakan Teosentris tetapi saya mengagungkan Teo-Antroposentris bahwa Tuhan adalah Pusat begitu juga manusia dan metode yang saya angkat adalah Metode Wahdatul Ulum dari Ajaran Imam Ghazali atau Unity of Science.

Kembali dari konteks utama mengenai paham yang berkata Puncak Ilmu adalah ketidaktahuan. Jika berfokus faham itu tetapi melupakan bahwa Dialah Allah yang Maha Berilmu Sang Puncak Pengetahuan, Sang Pusat Pemilik Ilmu, Sang Dzat Yang Berjaya dalam Ilmu Nya yang memancar semua Ilmu Nya maka akan sangat berbahaya.

Dalam perkara ini secara akal paham ini adalah paham antroposentris-semi ateis masih bersifat menentang Ilmu Tuhan dengan niat ataupun tidak dan kesadaran ataupun tidak menjadikan mengimani bahwa Allah Dia Sang Ketidaktahuan. Dan merasa dirinya (manusia) sudah di puncak karena sadar dia sebagai manusia tidak tahu dan beberapa kasus tidak tahu adalah karena malas dan menjadi tidak mau tahu.

Secara Antroposentris atau Manusia adalah sebagai Pusat, maka saya membenarkan, tetapi perlu dipertanyakan keimanannya karena jika hanya berpaku Antroposentris. Sedangkan jika berkolaborasi dengan Teosentris maka hanya memahami bahwa Tuhan adalah puncak pengetahuan sedangkan manusia adalah wayang yang digerakan dan tidak perlu banyak tahu maka hal ini semi benar.

Sebelum saya menjawab permasalahan utama saya menyinggung di dalam Kitab Manaqib Syech Abdul Qadir Al Jailani Qadasallahu Sirohul Aziz Nurul Burhani dikatakan oleh Syech Abdul Qadir Al Jailani Qadasallahu Sirohul Aziz

لا ينبغى لفقير أن يتصدّى و يتصدّر لإرشاد الناس إلا أن أعطاه الله علم العلماء و سياسة الملوك و حكمة الحكمآء

Yang intinya seorang Mursyid atau dalam konteks umum yang berbeda makna dengan Mursyid Thariqah dapat diartikan Mursyid adalah mereka yang mempunyai akal pikiran, pikiran sehat, dan kesadaran harus punya 3 hal: Ilmu, Siyasat para raja (menjaga hal yang dimiliki), Kebijaksanaan.

Dan dalam bait tersebut علم، ملك، حكم tiga hal ini adalah hal yang paling saya tandai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline