Lihat ke Halaman Asli

Noval Kurniadi

Speaking makes words, writing makes wor(l)ds

Jelajah Dunia lewat Tulisan bersama Agustinus Wibowo

Diperbarui: 13 April 2018   23:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Agustinus Wibowo dalam Gramedia Writers and Readers Forum (dokpri)

Apa yang kamu lakukan setelah melakukan suatu perjalanan?

Wah, kalau saya sih suka menuangkannya dalam bentuk tulisan di blog! Saya ingin bahwa apa yang telah saya alami dapat bermanfaat. Minimal buat diri sendiri. Syukur-syukur dapat bermanfaat juga bagi orang lain.  

Menulis pada dasarnya sih mudah. Namun kalau mau menulis dengan kualitas bagus, tidak semudah itu bosque! Saya percaya bahwa setiap bidang atau jenis tulisan yang hendak kita tulis memiliki 'ilmunya' tersendiri. Menulis kuliner ada 'ilmunya' sendiri. Menulis di bidang politik ada 'ilmunya' sendiri. Menulis cerpen ada 'ilmunya' sendiri. Begitu pun dengan menuliskan cerita perjalanan, juga ada 'ilmunya' sendiri. Seseorang yang bagus dalam bidang tulisan tertentu, belum tentu otomatis bagus juga saat menulis pada bidang lain.

Walau udah sering menulis, saya sendiri masih merasa bahwa tulisan saya tentang cerita perjalanan yang saya tulis masih punya kekurangannya. Saya kadang suka berpikir, "Tulisan saya sudah bisa mengajak orang untuk terlibat secara emosi belum ya?" "Tulisan saya sudah dapat mengajak orang untuk merasakan belum ya?" dan sebagainya. Pokoknya saya merasa masih perlu banyak belajar lagi deh!

Makanya begitu saya tahu bahwa salah satu rangkaian Gramedia Writers and Readers Festival adalah adanya sesi diskusi bertemakan "Jelajahi Dunia dengan Tulisanmu" pada Minggu lalu (08/04/18) di Perpusnas, saya senang. Saya pun langsung berkata kepada diri sendiri: "Oke, gue harus ikut!"

Selain karena saya suka dengan temanya dan ingin belajar lebih dalam tentang bagaimana menulis cerita perjalanan yang baik, alasan utama adalah karena narasumbernya yang ketje, yakni Agustinus Wibowo. Bagi para pecinta buku khususnya buku tentang cerita perjalanan, Agustinus Wibowo bukanlah nama yang asing.

Agustinus Wibowo adalah penulis best sellerdi bawah terbitan Gramedia. Dengan beberapa judul buku seperti Selimut Debu, Garis Batasdan Titik Nol,Agus sudah makan asam garam tentang menulis cerita perjalanan. Pengalaman mengunjungi sejumlah negara selama beberapa waktu seperti Kazakhstan, Uzbekistan bahkan hingga Afghanistan adalah bukti sehingga rekam jejaknya sebagai penulis cerita perjalanan yang berkualitas tidak perlu diragukan lagi. Ntap!

dok. pribadi

Berkenalan dengan Nonfiksi Kreatif

Mengawali diskusi, Agus menuturkan kepada para hadirin bahwa tulisan tidak sekadar bergenre fiksi ataupun nonfiksi. Agus juga menjelaskan bahwa ada genre lain yakni nonfiksi kreatif. Jika fiksi adalah cerita dan nonfiksi adalah fakta, maka nonfiksi kreatif adalah keduanya, yakni kombinasi antara fakta dan cerita.

Nah, cerita perjalanan masuk pada jenis nonfiksi kreatif  karena dalam menulis cerita perjalanan, kita tidak sekadar memaparkan fakta-fakta, melainkan juga memainkan imajinasi pembaca sehingga mereka seolah-olah turut merasakan apa yang kita tulis.

Sebelum menulis, Agus menjelaskan bahwa kita perlu mengetahui bahwa setiap jenis tulisan itu memiliki kontrak antara penulis dan pembaca yang tidak bisa dilanggar atau diganggu gugat. Pada jenis tulisan fiksi, kontrak yang terjadi adalah bacaan yang asyik karena sifatnya imajinatif. Pada jenis tulisan nonfiksi kontraknya adalah semua benar karena berasal dari fakta. Kalau nonfiksi kreatif? Berarti dua-duanya!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline